,

Yang Dibutuhkan Perempuan adalah Keamanan dan Kenyamanan

/
/


Saya mengalami kejadian buruk ketika melakukan perjalanan dengan bus antar kota dari Jawa Timur menuju kota tempat saya kuliah di Jawa Barat. Saya lupa alasan saya kenapa memilih bus daripada Kereta Api. Penumpang bus tidak sampai belasan orang dan saya perempuan sendiri. Saya memilih deretan kursi kosong.      

Saat itu malam hari dan kebetulan hujan membuat saya tak kuasa menahan kantuk. Tengah malam saya terbangun karena merasa tidak nyaman. Rupanya kernet bus yang saya tumpangi ikut duduk di dekat saya entah tidur atau tidak. Saya menggigil bukan hanya karena dinginnya hujan tapi ternyata kernet itu memegang tangan saya entah sejak kapan.

                Mungkin beberapa dari kalian yang sedang membaca kisah ini berpikir mudah saja bagi saya melawan atau berpikir saya berlebihan karena hanya dipegang tangannya saja ketakutan.

                Saya yang berada di situasi seperti itu pun berpikir demikian. Dengan wajah menghadap jendela berpura-pura tidur  saya berpikir cepat tindakan apa yang bisa saya lakukan.

                Di pikiran saya saat itu ada banyak opsi untuk melawan. saya harus mengenyahkan tangan kernet itu, saya harus berpindah tempat duduk, saya harus berteriak minta tolong pada penumpang lain atau sopir, saya harus mengusir kernet itu, dan sebagainya.

                Tetapi entah kenapa bersamaan dengan itu banyak pikiran irrasional yang menahan saya melakukan tindakan tersebut. Bagaimana jika orang-orang tidak percaya? bagaimana jika sopir tidak percaya dan saya malah diturunkan di jalan padahal sedang hujan deras? Bagaimana jika ternyata seluruh penumpang ini satu  komplotan? bagaimana jika orang-orang ini malah mengira saya yang sengaja mempersilahkan kernet ini untuk duduk di kursi saya? Apa yang terjadi jika sebelum berteriak kernet itu melakukan hal lain yang lebih buruk?.

                Pada akhirnya saya hanya membaca doa sebanyak mungkin, melafalkan ayat kursi puluhan kali, karena di situasi asing seperti itu hati dan pikiran saya memilih tidak mempercayai siapapun selain Allah. Dan Puji bagi Allah entah pada bacaan ayat Kursi ke-berapa puluh kernet itu mendadak pergi meninggalkan kursi saya tanpa melakukan hal yang lebih jauh.

                Saya merasa lega meskipun tidak mengurangi kewaspadaan hingga sampai tujuan pagi harinya. Saya turun dari bus menyeret koper sambil menangis menuju asrama tidak peduli lagi bagaimana orang melihat saya. Saat itu yang saya butuhkan adalah dukungan, penguatan dari orang lain, atau hal yang sejenisnya.

                Kisah ini tidak saya ceritakan pada siapapun termasuk kepada keluarga saya. Tahunan berlalu saya merasa kisah itu merupakan aib bagi saya dan saya menolak membuka diri. Sampai beberapa bulan lalu setelah lewat hitungan tahun pengalaman itu berlalu saya mulai bisa menerima bahwa kejadian itu bukan salah saya dan saya tidak perlu disalahkan.

                Saya mulai berbagai kisah pada beberapa teman saya dan sungguh mengejutkan ternyata sebagian dari mereka juga mengalami hal serupa. Saya merasa tidak sendiri untuk menerima kejadian itu dan menolak perasaan ketidakberdayaan saya melindungi diri sendiri saat itu. Sekali lagi itu bukan salah saya dan teman-teman saya yang merasa lemah di situasi tersebut.

                Berdasarkan pengalaman saya, saran saya pada teman perempuan jika memang terpaksa berkendara umum sendiri pilihlah tempat duduk di samping sesama perempuan. Jika memang tidak memungkinkan kalian bisa memilih duduk di belakang sopir atau memilih teman duduk yang kelihatannya baik. Jangan lupa berdo’a tentu saja.

                Dan kepada para laki-laki baik jika kalian melihat perempuan duduk sendiri di kendaraan umum, tolong temani dia dengan niat menjaga agar dia mendapat perlakuan tidak pantas dari orang yang bisa memanfaatkan kelemahan mereka.

                Jika ada orang yang mengatakan bahwa perempuan harus di rumah saja agar aman mungkin mereka lupa atau tidak tahu jika Rasulullah mengutus Asma’ binti Abu Bakar untuk melakukan pekerjaan yang sangat mulia yaitu menjadi mata-mata saat Rasulullah bersembunyi di Gua Hira. Tentu Rasulullah sudah mempertimbangkan kenapa memilih Asma’ mengemban tugas yang sangat berisiko tersebut. Melintasi gurun pasir yang sepi dan rawan kejahatan liar untuk memberi informasi pada buronan yang dicari kaum Musyrik Makkah bukan suatu hal sepele.

                Kepada kalian perempuan yang mendapatkan perlakuan tidak pantas dari lelaki, ketahuilah bahwa itu bukan kesalahan kalian. Bukan karena kalian gagal melindungi diri kalian sendiri dan berhenti menganggap itu aibmu. Itu murni kesalahan dan aib pelaku. Jika membutuhkan dukungan tidak masalah untuk bercerita pada orang yang kalian percaya.

                Perempuan memiliki hak sama dalam memanfaatkan fasilitas umum maupun dalam melakukan pekerjaan dengan perasaan nyaman dan aman sebagaimana laki-laki merasa nyaman dan aman dengan fasilitas umum maupun rutinitas mereka. 


Hilyatul Husna Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *