,

Teladan Rasulullah Menangani Pelaku Kekerasan Seksual

/
/

kekerasan seksual

Neswa.id-Sexual harassment atau pelecehan seksual menjadi topik yang mulai banyak diperbincangkan, hampir semua kalangan masyarakat. Keberanian korban untuk speak up menjadi salah satu penyebab kasus ini kembali menjadi pembicaraan yang cukup serius. Dari data yang dimiliki Komnas Perempuan, kasus ini mengalami lonjakan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Meningkatnya kasus pelecehan seksual ini diperlukan beberapa tindakan termasuk memberikan hukuman kepada pelaku sebagai konsekuensi atas perbuatan yang telah dilakukannya.

Dilansir dari instrumen modul Komnas Perempuan, terdapat 15 bentuk kekerasan yang ditetapkan, salah satunya adalah pelecehan seksual. Hal ini bisa terjadi kepada laki-laki maupun perempuan. Namun, yang sering terjadi di masyarakat, korban pelecehan seksual adalah perempuan. Pada masa Rasulullah Saw. pelecehan seksual pada perempuan telah terjadi, begitupun pada masa sahabat. Hanya saja pada masa itu, sebutan yang dipakai bukanlah pelecehan seksual. Menurut Michel Foucault dalam bukunya The History of Sexuality kata seksual baru banyak digunakan oleh masyarakat barat pada akhir abad ke-17. Untuk memberikan pengertian yang tepat antara pelecehan seksual pada masa Rasulullah dengan masa kini memang perlu mencocokkan realita diantara keduanya.

Relasi laki-laki dan perempuan arab jahiliyah yang cenderung misoginis menjadi alasan terbesar pelecehan seksual itu terjadi. Datangnya Islam, sedikit banyak telah merubah tabiat mereka dalam berperilaku terhadap perempuan, hanya saja tidak semuanya dapat berperilaku sesuai dengan yang diajarkan oleh Islam. Kisah mengenai pelecehan seksual banyak diabadikan dalam hadis, seperti kisah tentang seorang perempuan yang rajin melaksanakan shalat malam yang diperkosa oleh seorang laki-laki saat hendak melakukan shalat subuh. Tidak hanya itu, ada pula kisah tentang seorang perempuan dari Kaum Anshor yang datang ke pasar untuk membeli emas. Saat sedang berbelanja terdapat seorang Yahudi yang mengikatkan besi ke bagian bawah pakaian perempuan tersebut, seketika terbukalah aurat perempuan itu dan membuat seisi pasar menertawakannya.

Kejadian di atas tidak serta merta dibiarkan saja oleh Nabi ataupun para sahabat. Nabi menindak tegas para pelaku bahkan hingga memeranginya, seperti pada kisah perempuan dari Kaum Anshor dan seorang Yahudi yang berakhir dengan batalnya perjanjian damai antara Kaum Muslimin dan Golongan Yahudi Bani Qainuqo. Pemberlakuan hukuman ini juga dilanjutkan pada masa Khulafaurrasyiddin, saat pemerintahan Umar bin Khattab terdapat kejadian pelecehan seksual terhadap perempuan yang mengakibatkan batalnya perjanjian damai dan tidak ada jaminan keamanan bagi pelaku.

Hukuman tegas semacam ini seharusnya menjadi contoh di masa sekarang, di mana pelecehan seksual semakin marak terjadi dalam masyarakat. Terlebih pelaku dari tindak pelecehan seksual tidak hanya orang asing saja, akan tetapi banyak kejadian yang dilakukan oleh orang terdekat yang seharusnya menjamin keselamatan bagi korban. Bahkan beberapa kali terdengar berita bahwa pelaku adalah seorang tokoh agama atau seorang pendidik yang seharusnya mengayomi dan memberikan pendidikan seputar seksualitas. Sudah sewajarnya bahwa pelaku ditindak tegas dengan pengisoliran atau pengucilan, bahkan dipenjara. Namun sayang, meskipun telah banyak pelaku yang tertangkap dan dipenjarakan masih saja banyak korban seakan tidak ada efek jera bagi pelaku yang lain.

Melihat fenomena ini, seluruh pihak memiliki peran untuk saling menjaga dan melindungi orang-orang disekitarnya. Karena pelecehan seksual tidak serta-merta terjadi karena perempuan tidak mampu menjaga tubuhnya. Banyak perempuan yang menjaga tubuhnya dengan baik namun tetap mendapatkan perlakuan tidak baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelecehan seksual terhadap perempuan terjadi karena banyak penyebab. Salah satu dari sebab yang terjadi adalah sistem patriarkis yang masih diterapkan dalam masuarakat secara sadar atau tidak sadar. Karena itulah kesadaran atas pentingnya pemahaman bahwa sejatinya manusia itu sama di hadapan Allah sangat perlu dibangun dengan kuat sebagai pondasi dasar keberagamaan sejak dini.

Pentingnya Pendidikan Seksual

Pendidikan seksual pada remaja juga merupakan salah satu usaha pencegahan yang perlu digencarkan lebih luas. Perlunya penjelasan terhadap masyarakat perihal pendidikan seksual bukanlah sesuatu yang tabu dan bahkan harus diketahui oleh kalangan remaja, karena justru pada fase itu mereka membutuhkan penjelasan sebagai bentuk tindakan preventif dari hal-hal buruk mereka belum ketahui. Orang tua sebagai orang pertama yang bertanggung jawab dalam menyampaikan pendidikan tersebut sebelum tenaga pendidik maupun tenaga kesehatan. Hal tersebut tergolong dalam pendidikan dasar seperti halnya mengelola emosi, pola pikir dan karakter. Pendidikan dasar tersebut dapat berupa pengenalan anggota tubuh yang menjadi otoritas mereka serta sikap kritis agar tidak berada dalam keadaan powerlessness ketika menghadapi situasi kekerasan seksual. Pencegahan akan jauh lebih baik daripada mengobati, karena rasa trauma atas kasus kekerasan seksual akan menyimpan luka abadi selamanya.

Wallahua’lam bishawab (IM)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *