Maryam merupakan nama wanita satu-satunya yang diabadikan alquran secara eksplisit. Bahkan nama Maryam diulang hingga 34 kali yang tersebar dalam 11 surah alquran, yaitu di surat al-Baqarah, ali Imran, al-Nisa, al-Maidah, al-Taubah, Maryam, al-Mu’minun, al-Ahzab, al-Hadid, al-Shaf, dan al-Tahrim. Menariknya nama Maryam secara khusus diabadikan menjadi nama surah yang ke-19.
Nama Maryam selalu bergandengan dengan nama puteranya Isa, Isa ibn Maryam. Narasi dalam alquran ini terulang hingga 22 kali, sedangkan sisanya 12 kali yang secara khusus terkait dengan dirinya sendiri.
Maryam merupakan anak Imran, nama orang tuanya ini juga menjadi nama surah dan klan dalam alquran “Ali Imran” (keluarga Imran). Ketika Maryam masih di dalam kandungan, ibunya bernazar untuk menjadikan anaknya sebagai “muharrar” (QS. ali Imran [3]: 36). Al-Maraghi menafsirkan kata ini sebagai orang yang menghkhususkan diri untuk beribadah dan berkhidmat. Ia juga menambahkan, Maryam telah dinazarkan oleh ibunya untuk menjadi penjaga Baitul Maqdis (Tafsir al-Maraghi, 3/144).
Ternyata istri Imran melahirkan anak perempuan, padahal ia mengharapkan anak laki-laki. Tetapi ia tidak berkecil hati, ia tetap terima pemberian Allah itu dengan menamainya sebagai “Maryam”, wa innī sammaituhā maryam (dan sesungguhnya aku menamai dia sebagai Maryam). Potongan ayat ini memberi kesan bahwa seorang ibu berhak memberikan nama yang terbaik untuk anaknya. Kemudian ibunya memohon perlindungan kepada Allah atas Maryam dan seluruh keturunannya dari tipu daya setan.
Allah mengabulkan nazar dan permohonan istri Imran sehingga Maryam kecil mendapat didikan Allah secara rohani dan jasmani melalui perantara nabi Zakaria. Maryam kecil telah tinggal di “Mihrab” Bait al-Maqdis. Mihrab merupakan bagian relung atau kamar yang menjorok ke dalam di bangunan Bait al-Maqdis.
Bahkan Zakaria suatu ketika memasuki mihrab dan terperanjat. Ia melihat hidangan makanan berupa buah-buahan yang biasa ada di musim panas namun ditemui pada musim dingin, misalnya buah-buahan berbulu dan buah anggur. Maryam tidak menyusu pada ibunya maupun susu hewan, akan tetapi ia mendapat rezeki dari surga (Tafsir Marah Labid, 1/123).
Zakaria seketika penasaran dan bertanya kepada Maryam, “dari manakah engkau mendapatkan makanan ini semua?” Maryam yang masih bayi itu menjawab dengan tegas, “semua ini dari Allah, sesungguhnya Allah yang memberi rezeki kepada siapa-pun yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan” (QS. ali Imran [3]: 37). Kemulian pada diri Maryam bahkan terberi ketika ia dapat berbicara padahal baru dilahirkan dan masih sangat kecil. Kejadian serupa juga berulang kembali pada Isa anaknya yang mampu berbicara ketika bayi (QS. Ali Imran [3]: 46).
Tiga kemuliaan yang dianugerahkan Allah kepada Maryam tercermin pula dalam surat Ali Imran [3]: 42. Kemuliaan pertama, Maryam merupakan manusia pilihan sebagai ahli ibadah, dan bahkan mampu mendengar ucapan malaikat Jibril. Kedua, Allah mensucikan Maryam dari perbuatan maksiat dan tuduhan-tuduhan perilaku zina terhadapnya. Ketiga, ia dilebihkan dari seluruh wanita-wanita di dunia karena mampu mengandung anak sendiri tanpa berhubungan intim serta melahirkan tanpa pertolongan bidan. Anak tersebut adalah Isa ibn Maryam, ia dijadikan sebagai orang termuka di dunia dan akhirat, dan merupakan orang-orang yang dekat kepada Allah karena termasuk salah satu nabi dan rasul-Nya.
Suatu ketika, Maryam menyepi ke arah Timur Bait al-Maqdis untuk beribadah tanpa sepengetahuan keluarganya. Lalu Allah mengutus Jibril untuk menemuinya dalam rupa manusia biasa. Maryam kaget ketika seorang laki-laki menemuinya. Ia lalu ber-ta’awudz untuk berlindung kepada Allah. Kemudian Jibril yang menyerupai manusia tadi berkata bahwa ia merupakan utusan Allah untuk menginformasikan bahwa Maryam akan mengandung seorang anak laki-laki.
Maryam menjawab penuh ketidak-percayaan, “mana mungkin aku mengandung anak laki-laki, bahkan tidak pernah sama sekali lelaki menyentuhku, dan aku bukan pula orang yang melakukan tindakan asusila”. Menanggapi pembelaan Maryam, Jibril menjawab dengan tenang. Setidaknya beberapa point alasan penting yang disampaikan Jibril. Pertama, sangat mudah bagi Allah untuk mengadakan yang tidak ada, sekalipun di luar logika manusia normal. Maryam akan mengandung anak tanpa berhubungan intim.
Kedua, tujuannya adalah untuk menjadi pelajaran berharga bagi manusia dan menjadi bukti bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu. Inilah kesempurnaan tipologi penciptaan manusia, penciptaan Adam tanpa peran laki-laki dan perempuan, penciptaan Hawa melalui peran laki-laki tanpa peran perempuan, kelahiran Isa melalui peran perempuan tanpa peran laki-laki, dan tipologi terakhir adalah mayoritas manusia, melalui peran laki-laki dan perempuan.
Ketiga, sebagai bentuk kasih sayang kepada Maryam dengan karunia dan kemuliaan mendapat petunjuk dari Allah. Keempat, perintah Tuhan tersebut sudah diputuskan dan tidak dapat dirubah. Allah tahu yang terbaik, maka Maryam tidak perlu bersedih dan gundah menerima ketetapan itu. Begitulah kurang lebih pemaknaan surah Maryam ayat ke-21.
Maskipun telah mengetahui alasan mengapa dirinya harus mengandung, ketika kandungannya mulai membesar Maryam terpaksa ia mengasingkan diri dari orang banyak. Sekali terucap dari lisannya sebuah keluhan, “baiknya aku mati saja sebelum melahirkan bayi ini, sungguh diriku orang yang tak berguna dan dikenang orang”.
Kemudian Jibril datang menemui Maryam. Sebagian pendapat mengatakan Isa yang berkata kepada ibunya, “janganlah dirimu bersedih hati, sungguh Allah telah menjadikan sungai kecil di bawahmu, dan goyanglah pangkal pohon kurma niscaya ia akan menggugurkan buahnya, maka makan, minumlah, dan bergembiralah, apabila ada orang yang bertanya maka katakanlah “aku sedang bernazar untuk tidak berbicara”, surah Maryam [19]: 24-26.
Setelah melahirkan dan sudah cukup kuat untuk kembali ke Bait al-Maqdis, Maryam menggendong putranya untuk pulang. Orang-orang di sekitar tempat tinggalnya mencemooh dan menuduhnya melakukan tindakan asusila. Maryam sudah berjanji untuk tidak membuka mulut dan menjawab tudingan orang-orang tersebut. Ia mengisyaratkan agar orang-orang bertanya pada anaknya Isa. Orang-orang-pun berkata: “mana mungkin anak bayi mampu berbicara”. Kemudian Isa yang masih bayi itu benar-benar berbicara, “Aku ini hamba Allah, aku diberi kitab dan dijadikan sebagai Nabi”. Dengan demikian terjawablah tentang siapa yang menghibur hati ibunya ketika melahirkan yang tidak lain adalah Isa, putra Maryam.
Begitulah bagaimana Allah memberikan tempat yang spesial bagi Maryam, yang bahkan dicantumkan dalam alquran. Dalam Islam Maryam bukanlah perempuan biasa, namun ia merupakan perempuan alim, pandai menjaga harga diri, bersikap jujur, tidak melakukan tindakan tercela, tegar menerima kenyataan, dan bijak menghadapi persoalan yang menghadang, seperti ketika ia dihujani cemoohan dari orang-orang di lingkungannya.
***
Leave a Reply