سَبْعٌ مِنَ الصَّحْبِ فَوْقَ الأَلْفِ قَدْ نَقَلُوْا * مِنَ الحَدِيْثِ عَنِ المُخْتَارِ خَيْرٌ مُضَرُ
أَبُوْ هُرَيْرَةَ سَعْدٌ جَابِرٌ أَنَسُ * صِدِّيْقَةٌ وَابْنُ عَبَّاسٍ كَذَا ابْنُ عُمَرُ
“Tujuh sahabat meriwayatkan lebih dari seribu
Hadis dari Sang Manusia Pilihan, sebaik-baik Bani mudar
Abu Hurairah, Saad, Jabir Anas
Perempuan yang terpercaya (Sayyidah Aisyah), Ibnu Abbas dan Ibnu Umar”
Sayyidah Aisyah adalah istri ketiga Nabi saw yang juga dikenal dengan Ummul mukminin yang masyhur dengan kecerdasannya dan keluasan ilmunya. Seorang perempuan putri Abu bakar r.a. yang bahkan semenjak usia belia, sudah menjadi guru bagi banyak sahabat dan tabiin. Perempuan yang beruntung karena berada dalam asuhan Nabi saw. sejak kecil. Pada usia enam tahun menurut riwayat yang sahih, beliau dinikahi Nabi saw. dan tinggal serumah pada usia sembilan tahun.
Bagi sebagian orang yang picik, pernikahan dalam usia sedini itu terlihat sebagai bentuk diskriminasi terhadap anak-anak. Mereka menganggap seharusnya dalam rentang usia tersebut seorang anak masih dibiarkan bebas dan tidak dibebani dengan pernikahan. Padahal, jika kita melihat dengan lebih bijak, pernikahan Nabi saw. dengan perempuan yang jauh lebih muda mengandung hikmah yang luar biasa besar. Melalui Sayyidah Aisyah, Nabi saw. sedang mempersiapkan corong keilmuan eksklusif melebihi para sahabat terdekat beliau yang laki-laki.
Dapat kita lihat, Sayyidah Aisyah merupakan salah satu perawi hadis terbanyak di kalangan sahabat Nabi saw. Bahkan beliau berada dalam urutan kelima sebagaimana disebutkan dalam syair di atas. Beliau juga menjadi perempuan satu-satunya yang berhasil meriwayatkan lebih dari seribu hadis. Dengan kecerdasannya, Sayyidah Aisyah mampu menyerap ilmu Nabi sebanyak mungkin baik dari perkataan, perilaku dan sikap Nabi bahkan hingga ranah privat. Dapat dibayangkan andaisaja tidak ada beliau, maka hadis-hadis yang berkaitan dengan kehidupan privat Nabi saw., bahkan yang sering kali mengandung nilai hukum dan tauladan tidak akan sampai kepada kita.
Pujian kepada Sayyidah Aisyah ini bukan sedang memperlemah keutamaan Ummahatul Mukminin lainnya. Namun Sayyidah Aisyah sebagai perempuan yang dinikahi Nabi di usia belia memainkan peran khusus dalam sejarah Islam. Beliau adalah satu-satunya Ummuhatul Mukminin yang lahir di rumah sahabat terdekat Nabi saw., yaitu Abu bakar dan tumbuh di lingkungan kenabian. Melalui dirinya, kecerdasan serta kekuatan dan kecepatan hafalannya mampu menjadi cahaya yang memancarkan keilmuan Islam secara menyeluruh. Alasan-alasan semacam inilah yang membuat Nabi sangat mencintai sekaligus menghormati beliau. Dalam sebuah hadis Nabi saw. memuji Sayyidah Aisyah:
“laki-laki yang unggul itu banyak. Sementara perempuan yang unggul hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri Firaun. Namun keutamaan Aisyah dibanding perempuan lain, adalah ibarat makanan tsarid (roti yang dicelup dalam kuah; makanan istimewa pada saat itu) dibanding makanan-makanan lain”.
Sebuah pujian lain juga disampaikan oleh Ibnu Abi Malakah terhadap kecerdasan beliau: “sesungguhnya Sayyidah Aisyah tidak pernah mendengar sesuatu yang tidak beliau ketahui kecuali beliau bertanya hingga paham”. Dari saking kuatnya hafalan yang beliau miliki, beliau mampu menghafal Alquran sembari bermain-main ketika beliau masih anak-anak. Sering beliau berkata: “ayat ini turun kepada Nabi saw. di Makkah ketika aku masih anak-anak dan bermain-main”.
Sepanjang usianya banyak sahabat maupun tabiin yang berguru kepada beliau. Di antaranya adalah ayahnya sendiri, Umar bin Khattab, Abdullah bin Umar, Abu Hurairah, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah bin Abbas dan sejumlah sahabat-sahabat besar lainnya. Sementara dari kalangan tabiin, kita mengenal Aswad bin yazid al-nakhai, Said bin Musayyab, Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf, Mujahid, Atha’ Ikrimah dan masih banyak lagi. Hal ini menunjukkan bahwa posisi Sayidah Aisyah dalam sanad keilmuan Islam sangat penting.
Sementara dari sudut matan atau konten, hadis yang diriwayatkan oleh beliau mencakup banyak sekali aspek. Secara khusus, beliau memiliki keunggulan tersendiri dalam meriwayatkan hadis-hadis yang berupa perbuatan Nabi saw. Hal ini tak lain karena beliau dapat melihat langsung Nabi saw. dan perilakunya dari dekat, bahkan secara privat sekalipun. Dalam kutubussittah (enamkitab paling valid) nama Sayyidah Aisyah tercatat meriwayatkan 3370 hadis. Beliau berada satu tingkat lebih sedikit dari Abu Hurairah. Sementara hadis-hadis yang beliau riwayatkan mencakup banyak sekali tema. Mulai dari tema keimanan, wahyu, tafsir, hukum-hukum praktis hingga perilaku sehari-hari Nabi saw.
Sebenarnya, terdapat puluhan kitab biografi yang menceritakan kisah hidup beliau secara detail. Tulisan ini jauh dari kata cukup untuk menggambarkan kemuliaan dan keutamaan beliau. Tulisan ini hanya ingin memberikan perhatian khusus kepada status beliau sebagai perempuan namun mampu menjadi guru bagi umat manusia sepanjang sejarah. Betapa dengan kemampuannya, seorang perempuan pun bisa menjadi pionir keilmuan. Hal ini otomatis membantah anggapan bahwa perempuan tidak layak menjadi seorang yang alim dan mahir dalam keilmuan. Wallahu a’lam.
Leave a Reply