Perempuan NU: Peran Sosial dan Lokalitas Pesantren

/
/


Neswa.id- Perempuan merupakan aset penting dalam status kehidupan baik dalam ruang sosial, agama maupun Negara. Secara normatif-teologis, Islam memang memposisikan perempuan berada dalam tingkatan yang tinggi dan sesuai dengan proporsinya. Lahirnya perempuan dalam lingkungan agama, memberikan paradigma baru dalam perjalanan sejarah dan peran sosial perempuan. Tak heran bila hari ini, peran perempuan sudah banyak menempati posisi penting sebagai aktor pergerakan, syiar, dan intelektual. Beberapa organisasi perempuan seperti Muslimat NU, Fatayat NU, dan komunitas muslimah lainnya, adalah bukti bahwa perjalanan perempuan terus berkembang dengan berbagai peran dan sumbangsihnya.

Kehadiran gerakan komunitas perempuan, memberikan gerakan dan troboson baru sebagai upaya pengembangan jati diri perempuan. Tidak hanya mendidik, adanya gerakan ini juga membangun jiwa intelektual perempuan sekaligus menjadi pemikir kreatif dalam berbagai bidang keilmuan. Terlepas dari itu, perempuan NU juga dihadapkan dengan beragam persoalan yang hadir dalam lingkungan sosial. Seperti yang kita saksikan saat ini, perempuan NU sebagian besar hidup dan tumbuh di lingkungan pesantren yang lekat dengan penerapan ilmu agama dan doktrin patriarki.

KH. Husein Muhammad dalam bukunya Islam Tradisional yang Terus Bergerak terbit tahun (2019), telah mendiskusikan secara singkat bagaimana dinamika pesantren dan ajaran kitab kuning memiliki beberapa ajaran yang mengandung diskriminatif perempuan. Bukan tanpa alasan, hal ini didasarkan pada ajaran-ajaran agama yang sebagaimana disusun, guna memberikan bimbingan dalam memahami peran sebagai perempuan yang secara norma sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Hal ini lah yang menjadi identitas perempuan NU, yakni perempuan yang taat agama, santun, patuh pada gurunya, dan lekat dengan kearifan masyarakat.

Lokalitas Pesantren dan Pemikiran

Berangkat dari argumen di atas, perempuan NU lahir dan tumbuh dalam rahim pondok pesantren yang secara umum memberikan pengaruh besar dalam praktik sosial, spiritual, dan pola pikir. Hal ini dikarenakan pendidikan pesantren menjadikan satu landasan kuat yang membentuk jati diri seorang muslimah. Bukan saja karna merujuk pada ajaran kitab kuning, tetapi pesantren mempunyai kearifal lokal yang lekat dengan budya masyarakat, dan nilai tradisi yang selalu dijaga dan dilestarikan.

Hal ini membuktikan, bahwa sebagian besar perempuan yang berasal dari pesantren, memiliki pemikiran yang lebih kompleks dalam urusan dunia modern. Tak heran bila kita seringkali menjumpai, bahwa setiap perempuan dari pesantren memiliki sifat tersendiri yakni lebih tertutup terhadap budaya modern, menjaga pergaulan, dan hidup dalam tatanan masyarakat tradisional. Lebih dari itu, memilih untuk lebih banyak berkarir menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan terbaik, dibandingkan untuk memilih memprioritaskan dirinya sebagai wanita yang punya posisi penting di ruang publik. Bukan sebuah kesalahan bagi perempuan lulusan pesantren yang menjadi ibu rumah tangga, karena karirnya mendidik putra-putrinya jauh lebih penting dari apapun yang kita anggap hal itu biasa.

Asumsi ini kemudian mulai berkembang sesuai dengan keadaan zaman dan perkembangan modern. Arus perkembangan zaman membawa pola pikir perempuan semakin maju, yang membuatnya hari ini mampu menempati posisi penting dalam belahan tatanan masyarakat, Negara dan agama. Peran perempuan kini di akui, karena kehadirannya yang begitu signifikan yang membawa pengaruh besar dalam perkembangan sejarah perempuan.

Berdasarkan penjelasan di atas, perempuan NU hadir sebagai satu agen yang membawa syiar dan ajaran pondok pesantren ke ruang yang lebih luas dalam berbagai arus dan perkembangan. Transmisi ini sangat penting, mengingat perempuan NU hadir membawa gaya dan gerak baru dalam pemikiran tradisional ke dalam pemikiran modern. Selain itu, kearifan yang hadir dalam diri perempuan NU, menjadi keistimewaan sendiri yang membuatnya dikenal bukan saja sebagai perempuan yang agamis tapi juga perempuan yang sadar akan nilai tradisi leluhurnya. (IM)


Sukmadi Al-Fariss Al-Fariss Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *