,

Pepatah Lama: Lelaki yang Baik Bersikap Lemah Lembut kepada Istrinya

/
/

Para Lelaki Lebih Menyukai Menyembunyikan Luka Daripada Mengungkapkan

Neswa.id-Pasangan suami-istri di dalam menjalani bahtera rumah tangga tentu ada yang namanya masalah. Terkadang sebagian atau bahkan banyak masalah yang muncul di antara keduanya karena adanya ketidaksepahaman. Oleh karena itu, benar bahwa saling memahami antara suami dan istri merupakan bagian yang sangat penting di dalam membangun rumah tangga. Memang, kalau hanya sebatas teori itu mudah akan tetapi berbanding terbalik dengan kenyataan yang mana terkadang seorang istri cenderung untuk selalu minta dipahami. Nah dalam kondisi inilah seorang suami dipaksa dengan keras untuk tetap berusaha memahami apa sebenarnya kemauan istri, bukan malah marah, berkata-kata jelek apalagi sampai memukulnya.

Orang yang kuat bukanlah orang yang bisa merobohkan lawan tandingnya. Akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah. Marah merupakan salah satu sifat yang lazim terdapat pada diri manusia karena manusia memiliki nafsu, akan tetapi kemarahan suami terhadap seorang istri bukan solusi terbaik dalam menyelesaikan suatu permasalahan bahkan hal ini bisa menimbulkan pertengkaran di antara keduanya. Gus Rifqil Muslim, cendekiawan muda NU mengatakan; “marah itu bagi orang yang kalah, orang yang kalah dengan dirinya sendiri dia itu akan marah. Jadi kalo dia sudah bisa me-manage dirinya sendiri orang itu tidak akan marah.”

Ia juga menegaskan bahwa selama menjalani rumah tangga dengan istrinya yang bernama Ning Imaz, belum pernah marah. Inilah potret pasangan yang bisa kita contoh sedikit demi sedikit dalam kehidupan kita. Lalu, apa hubungan antara marah dan lemah lembut? Perlu diketahui bahwa dalam Islam, marah adalah perangai yang mendatangkan banyak keburukan dan keduanya tidak akan pernah berkumpul dalam satu waktu atau satu keadaan. Orang yang sedang marah maka dia sedang tidak lemah lembut, begitupula orang yang sedang ber-lemah lembut maka dia sedang tidak marah walaupun kedua potensi ini ada dalam diri seseorang. Seorang perempuan tak ubahnya seperti tulang iga, jika berusaha diluruskan dia akan patah dan jika dibiarkan dia akan bengkok selamanya. Sebagaimana di sampaikan dalam sebuah hadis berikut:

المرأة كالضلع إن ذهبت تقيمها كسرتها وإن تركتها استمتعت بها على عوج. (رواه الترمذي)

“Sesungguhnya wanita itu seperti tulang iga, bila engkau berusuha meluruskan (dengan sikap keras) dia akan patah dan apabila engkau biarkan (tidak mendidiknya) dia akan bengkok selamanya.” (HR. Imam Turmudzi)

Hadis di atas mengandung sebuah anjuran agar para suami mendidik istri dengan kelembutan. Selain hadis di atas, juga terdapat hadis lain yang menganjurkan para suami untuk bersikap lemah lembut terhadap istrinya, yaitu hadis Riwayat Imam Abu Daud dengan nomer hadits 2146 dalam kitab Sunan Abi Daud Juz 6 Halaman 180 berikut:

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ أَخْبَرَنَا أَبُو قَزَعَةَ الْبَاهِلِىُّ عَنْ حَكِيمِ بْنِ مُعَاوِيَةَ الْقُشَيْرِىِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا حَقُّ زَوْجَةِ أَحَدِنَا عَلَيْهِ؟ قَالَ: أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ – أَوِ اكْتَسَبْتَ – وَلاَ تَضْرِبِ الْوَجْهَ وَلاَ تُقَبِّحْ وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِى الْبَيْتِ. (رواه أبو داوود)

Telah menceritakan kepada kami musa bin ismail, telah menceritakan kepada kami hammad, telah mengabarkan kepada kami abu qaza’ah al-bahili, dari hakim bin mu’awiyah al-qusyairi, dari ayahnya, ia berkata: aku bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai kewajiban suami pada istrinya, lalu Rasulullah saw bersabda: Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan. Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian atau engkau usahakan, dan engkau tidak memukul istrimu di wajahnya, dan engkau tidak menjelek-jelekkannya serta tidak memboikotnya (dalam rangka nasehat) selain di rumah.” (HR.Imam Abu Daud)

Pentingnya Komunikasi dalam Hubungan

Dari beberapa pemaparan di atas, sedikit dapat disimpulkan bahwa membangun komunikasi yang baik, saling memahami antara satu sama lain baik ketika terjadi persoalan atau tidak, merupakan hal yang sangat penting dalam menjalani proses kehidupan berumah tangga. Ketika istri marah, maka seorang suami harus menjadi peredam amarahnya begitupun sebaliknya. Inilah yang dikenal dengan konsep Mu’asyaroh bil Ma’ruf sebagaimana ditegaskan oleh Imam Ibn Katsir dalam kitabnya yang berjudul Tafsir Ibn Katsir Juz 2 Halaman 209 sebagai syarah atas surat An-nisa’ ayat 19 berikut:

وقوله تعالى: {وَعَاشِرُوهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِۚ} أي طَيِّبُوا أَقْوَالَكُمْ لَهُنَّ، وَحَسِّنُوا أَفْعَالَكُمْ وَهَيْئَاتِكُمْ بِحَسَبِ قُدْرَتِكُمْ كَمَا تُحِبُّ ذَلِكَ مِنْهَا فَافْعَلْ أَنْتَ بِهَا مِثْلَهُ.

“Firman Allah Ta’alaa: (Dan bergaul-lah dengan mereka secara baik); yakni berkatalah yang baik terhadap istri kalian, perbaguslah amalan dan tingkah laku kalian, sebagagaimana kalian suka jika istri kalian bertingkah laku demikian, maka lakukanlah seperti apa yang mereka lakukan terhadap kalian.” (IM)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *