Neswa.id-Menjelang perayaan Natal tahun 2022, saya bersama lima teman dari beragama Islam, ada Fitri, Rahma, Lukman, Nanang dan Tuti diminta oleh pemuda Orang Muda Katolik (OMK) dari Gereja Katolik St. Yusuf Cirebon untuk membantu menyiapkan beberapa dekorasi natal.
Dekorasi tersebut di antaranya rangkaian bunga lingkaran atau wreath, slinger natal atau bulu-bulu rumbai, lampu natal, pohon Natal, dan gantungan bola natal warna-warni. Saat menata dekorasi natal tersebut, tangan Rahma dengan cekatan merangkai dan memasang lampu natal, dan wreath di setiap tiang tenda yang berada di depan gereja.
“Saya bahagia, bisa ikut terlibat dalam mempersiapkan perayaan natal tahun ini,” ucap Rahma.
Saya, Rahma dan empat teman yang lain, memang sudah terbiasa berteman dengan mereka yang berbeda agama. Pasalnya, kami semua pernah dipertemukan dalam satu forum Pemuda Lintas Iman (Pelita) Perdamaian Cirebon.
Pelita Perdamaian Cirebon sendiri merupakan komunitas para pemuda lintas iman yang ada di Cirebon. Tujuan dari komunitas ini salah satunya adalah mengajak para pemuda untuk merawat perdamaian dan keberagaman yang ada Cirebon.
Kisah Masuk Pelita Perdamaian
Pada awal saya masuk Pelita, saya sempat merasa ketakutan ketika bertemu dengan teman-teman dari agama Kristen, Budha, Konghuchu maupun penganut kepercayaan. Ketakutan tersebut dipicu oleh doktrin yang pernah diberikan oleh guru saya saat waktu duduk di bangku sekolah dulu. Pada saat itu, guru tersebut pernah mengatakan bahwa:
“Sebagai muslim jangan pernah berteman dengan orang kafir (Kristen), nanti kamu akan menjadi Kristen, karena umat Kristen itu sering melakukan kristenisasi kepada siapapun dan waktu kapanpun. Maka dari itu, kalian harus berhati-hati.”
Dari doktrin tersebut membuat diri saya lebih berhati-hati saat memilih teman. Terutama saya sangat menjauhi orang-orang yang beragama Kristen. Seiring berjalannya waktu, doktrin tersebut dapat saya patahkan. Saat itu, ada pelatihan yang tengah digelar oleh Pelita. Salah satu pembicaranya adalah Rektor ISIF Cirebon, KH. Marzuki Wahid.
KH. Marzuki Wahid mengatakan bahwa pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia itu hanya didominasi dari orang Islam saja, melainkan Indonesia merdeka berkat dan jasa dari seluruh umat beragama. Termasuk dari Kristen, Hindu, Budha, kelompok Ahmadiyah, dan para pahlawan dari penghayat kepercayaan.
Misalnya: Kapiten Pattimura (beragama Kristen), I Gusti Ketut Jelantik (beragama Hindu), Gatot Subroto (beragama Budha), WR Supratman (Ahmadiyah) dan lainnya.
Sejak mendengar pemaparan tersebut, akhirnya membuat saya menjadi sadar bahwa Indonesia ini merdeka berkat semua jasa dari semua para pahlawan, bukan dari satu golongan agama.
Maka dari itu, kita sebagai penerus bangsa kok bisa-bisanya tidak mau berteman dengan mereka yang berbeda agama?
Pengalaman ini membuat pikiran saya menjadi terbuka. Saya semakin yakin bahwa berteman dengan mereka yang berbeda, menjadi salah satu cara untuk merawat keutuhan bangsa Indonesia.
Termasuk keterlibatan kami dalam perayaan natal ini, menjadi bagian dari cara kita merawat bangsa Indonesia. Keterlibatan ini juga menjadi ruang perjumpaan bagi kita semua untuk bertemu, dan berdialog dengan mereka yang berbeda.
Dengan berdialog ini, kata KH. Husein Muhammad, dapat mematahkan prasangka-prasangka negatif terhadap teman-teman yang berbeda agama. Menurut pria yang kerap disapa Buya Husein itu, dialog membuat pikiran dan cara pandangan kita lebih terbuka.
Sejalan dengan cerita di atas juga, Buya Husein juga pernah mengatakan bahwa Islam adalah agama yang hadir untuk menciptakan kedamaian, cinta, kasih sayang, dan keadilan.
Oleh karena itu, kehadiran kami berlima dalam mempersiapkan perayaan natal menjadi bagian dari cinta dan kasih sayang kami kepada teman-teman umat Kristiani. Sejalan dengan itu, Nabi Muhammad Saw pun telah memberi teladan pada kita untuk selalu memuliakan orang-orang yang berbeda.
Kisah Rasulullah dengan Yahudi
Kisah ini terungkap dalam berbagai kitab hadits, termasuk kitab hadits yang paling shahih di mata umat Islam, yaitu Shahih al-Bukhari. Dalam kitab shahih ini, hadits nomor 1371, Anas bin Malik Ra bercerita bahwa Nabi Muhammad Saw memiliki pelayan yang beragama Yahudi.
Suatu saat, pelayan ini jatuh sakit. Lalu, nabi menjenguknya. Ketika menjenguk, Nabi Muhammad Saw mendekat ke kepala dan mengelusnya, sambil bersabda, “Maukah engkau masuk Islam?”
Lalu, sang pelayan melempar pandangan ke ayahnya yang juga beragama Yahudi.
“Kalau engkau lihat itu baik, silahkan ikuti ayah dari Qasim ini (Nabi Muhammad Saw),” jawab sang ayah.
Oleh sebab itu, dengan merujuk pada hadis dan kisah di atas, maka sudah sepatutnya, kita semua untuk saling menebarkan perdamaian, dan kasih sayang. Karena sebetulnya, mereka yang berbeda secara agama itu adalah sama sebagai manusia. (IM)
Leave a Reply