,

Ngaji Psikologi: Otak Kanan dan Otak Kiri, Mana yang Lebih Dominan?

/
/


Neswa.id- Salah satu miskonsepsi paling populer dalam psikologi adalah soal pola pikir otak kanan vs otak kiri. Menurut pandangan populer ini, mereka yang dominan otak kanan lebih kreatif dan intuitif, sementara yang dominan otak kiri lebih logis dan analitis. Jadi, para seniman cenderung dominan otak kanan, sementara ahli matematika dominan otak kiri. Padahal, sebenarnya tidak sesederhana itu.

Sebenarnya sekarang saya agak kurang yakin menyebutnya sebagai “miskonsepsi” karena ternyata ada setakar kebenaran dalam keyakinan populer ini. Riset dan alat ukur terbaru mengungkapkan perkembangan menarik. Individu sepertinya bisa saja memiliki keunikan kepribadian atau pilihan karier berdasarkan kecenderungan orientasi otak kanan atau kiri. Salah satu artikel tentang itu adalah karya Bruce Eldine Morton dkk., “Further Evidence for Hemisity Sorting During Career Specialization”.

Riset-riset pengindraan otak menunjukkan bahwa bagian otak yang dipakai seorang musisi atau seniman tidak jauh beda dengan yang dipakai oleh ahli matematika atau filsuf. Malah, ada yang membahas soal bagaimana latihan musik bisa meningkatkan ke- mampuan matematika seseorang.  Miskonsepsi ini memang berakar dari beberapa fakta yang benar adanya bahwa:

Otak terdiri dari dua belahan (hemisfer): kanan dan kiri. Ada spesialisasi fungsi otak pada bagian atau be- lahan yang berbeda. Misalnya, area Broca dan memang terletak di hemisfer kiri.  Namun, yang perlu diingat, untuk berfungsi optimal, kedua belahan ini tidak bisa bekerja sendiri. Ada penghubung yang bertugas menjembatani, menghubungkan kerja hemisfer kanan dan kiri, namanya corpus callosum. Nah, untuk hampir semua tugasnya, cara kerja otak akan bolak-balik ke kanan dan ke kiri melewati jembatan ini. Hampir tidak ada individu yang otaknya hanya bekerja di bagian kanan atau ba-gian kiri saja.

Bahkan, kemampuan bahasa yang saya sebut tadi tidak hanya ditentukan oleh area Broca dan Wernicke. Area-area lain di hemisfer lain juga diperlukan untuk memahami tata bahasa dan sintaksis.  Lagi pula, jangan-jangan, kita terlalu menyederhanakan masalah. Seolah ada garis yang sangat kaku memisahkan antara kerja kreatif dan kerja logis. Padahal, baik kerja seni maupun sains sebenarnya sama-sama memerlukan beragam fungsi otak. Ahli matematika kadang perlu keluasan imajinasi untuk memecahkan  sebuah masalah, sementara seorang musisi juga harus disiplin dan logis mengikuti aturan (musik) tertentu.

Namun, memang lebih mudah membuat pengelompokan sederhana macam ini, sih. Lebih seru juga. Samalah seperti mengisi kuis-kuis kepribadian atau IQ online. Ya, asal tidak usah terlalu serius dan mulai kubu-kubuan saja. Seperti pilpres. Eh. (IM)


Rika Iffati Farihah Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *