,

Ngaji Psikologi: Cognitive Dissonance

/
/

Ngaji Psikologi: Cognitive Dissonance

Neswa.id-Cognitive dissonance adalah perasaan tak nyaman yang dirasakan ketika seseorang dihadapkan pada data atau fakta baru yang bertentangan dengan keyakinan atau nilai-nilai awal. Untuk meredakannya, orang harus menyelaraskan antara apa yang diyakininya (misalnya, bahwa pandemi ini cuma konspirasi) dengan fakta yang ada (tingginya angka pasien covid-19 yang dirawat di rumah sakit dan angka kematian yang dirilis Kementerian Kesehatan). Demi melakukan itu, sungguh variatif menu yang disuguhkan.

Ada yang menolak fakta tersebut dengan menganggap bahwa rumah sakit memanipulasi data yang dilaporkan. Atau, lebih mantap lagi, menolak dengan tidak mempercayai semua pemberitaan media mengenai covid-19 dengan alasan tidak ada media yang dapat dipercaya, semua hanya corong penguasa. Intinya, merespons cognitive dissonance dengan mengubah keyakinan awal adalah pilihan terakhir semua orang.

Salah satu kasus cognitive dissonance awal yang direkam pakar psikologi Leon Festinger adalah mengenai sebuah sekte yang meyakini ramalan bahwa akan ada alien yang datang menyelamatkan mereka dari kehancuran Bumi. Ketika tanggal ramalan itu tiba dan para pengikut sekte telah menunggu di tempat yang ditentukan, tetapi tak satu alien pun datang menjemput, apakah mereka mengakui bahwa mungkin ramalan atau keyakinan mereka keliru? Ternyata, tidak. Mayoritas pengikut sekte tersebut menganggap bahwa para alien tidak jadi mendarat di Bumi demi memberi manusia kesempatan kedua untuk menyelamatkan Bumi. Dengan demikian, semangat keagamaan mereka bisa dialihkan menjadi gerakan men- jaga lingkungan yang militan. Jumlah pengikut sekte itu akhirnya malah bertambah, bukannya berkurang setelah kejadian ramalan yang “gagal” tadi.

Demikianlah, semakin penting dan dalam suatu nilai dan keyakinan, semakin besarlah cognitive dissonance yang bisa dialami, dan akan semakin absurdlah cara­ cara yang ditempuh untuk meredakannya.

Itu sebabnya, dalam perdebatan agama atau politik, saya lebih sering memilih diam dan mengamati. Yah, daripada buang-buang energi, kan… (IM)


Rika Iffati Farihah Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *