Menjadi Sandwich Generation, Mengapa Tidak?

/
/

Menjadi Sandwich Generation, Mengapa Tidak?

Neswa.id- Masih teringat sebuah kejadian cukup mengerikan di benak kita beberapa waktu lalu tentang kisah seorang anak muda, yang membunuh semua anggota keluarganya. Pelaku yang berinisial DD (22 tahun) ditetapkan sebagai tersangka dari kasus pembunuhan yang terjadi di Dusun Prajenan, Kabupaten Magelang, Jawa tengah. Selain membunuh kedua orang tuany yakni Abbas Ashar (58 tahun) dan Heri Iryani (54 tahun), DD juga membunuh kakaknya Dhea Chairunnisa (24 tahun).

Tindakan yang dilakukan oleh DD ini, dalam pengakuannya merasa jengkel dan kurang perhatian karena di desak untuk mencari pekerjaan. Sekilas kalau kita pahami, alasan yang sangat konyol untuk melakukan sebuah pembunuhan. Apalagi relasi yang terbentuk dalam hubungan tersebut adalah keluarga, di mana kita memahami sebagai sebuah tempat untuk pulang, mendapatkan kasih sayang dan keamanan. Akan tetapi, tidak semua orang mampu mendapatkan kenyamanan dan keamanan dalam sebuah keluarga.

Beban seorang anak dalam keluarga, termasuk menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan rumah, ataupun anggota keluarga lain, bisa jadi pemicu ketidakterimaan seorang anak dalam sebuah keluarga. Tanggung jawab seorang anak dalam konteks ini disebuat generasi sandwich. Istilah ini diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller, pada tahun 1981 dengan menyebut bahwa, generasi sandwich merupakan generasi orang dewasa yang harus menanggung hidup 3 generasi, yakni orang tuanya, diri sendiri, dan anaknya.

Istilah ini sebenarnya bisa dimaknai lebih luas kepada seorang anak yang belum berkeluarga, ketika seorang kakak juga memiliki tanggung jawab kepada adiknya untuk menanggung biaya pendidikan ataupun kebutuhan. Kondisi ini dianalogikan sandwich di mana sepotong daging terhimpit oleh 2 buah roti. Roti ini diibaratkan sebagai orang tua (generasi atas) dan anak ataupun adik (generasi bawah). Sedangkan isi utama sandwich berupa daging, mayonnaise dan saus terhimpit oleh roti yang diibaratkan seperti diri sendiri.

Dari makna ini, menjadi generasi sandwich seperti dilema ketika harus mendahulukan dirinya, atau orang tuanya dulu? Atau justru untuk sang anak/adik terlebih dahulu? Ini juga yang memicu generasi sandwich sehingga tidak bisa memikirkan diri sendiri karena sudah memiliki tanggung jawab kepada orang lain, yakni orang tua, serta anak/adiknya sendiri.

Mengapa menjadi generasi sandwich harus diterima?

Saya selalu berpikir bahwa, setiap orang yang lahir di dunia, memikul bebannya masing-masing. Termasuk persoalan tanggung jawab yang ternyata dimiliki oleh kita sebagai seorang anak. Menjadi generasi sandwich, apabila mau dilihat dari sudut pandang positif, ada banyak hal yang bisa disyukuri. Termasuk tentang kesempatan untuk mengasihi, menyayangi dan membersamai seluruh keluarga, mulai dari orang tua, hingga saudara yang menjadi tanggung jawab.

Merasa stress, burn-out, depresi bahkan Lelah berkepanjangan, adalah sesuatu yang wajar. Sikap yang perlu kita highlight adalah upaya untuk tidak kehilangan diri sendiri. Kita perlu mengasihi diri sendiri dengan melihat segala bentuk kebutuhan tubuh dan jiwa. Hal ini juga sejalan dengan subjective well-being yang dimiliki oleh seseorang. Dalam konteks ini, subjective well-being sangat penting dimiliki oleh individu.

Subjective well-being adalah persepsi seseorang terhadap pengalaman hidupnya, yang terdiri dari evaluasi kognitif dan representasi dalam kesejahteraan psikologis. Subjective well-being yang dimiliki oleh individu dapat mencapai kepuasaan dalam hidup dan bermanfaat untuk harapan hidup lebih lama dengan membangun hubungan sosial lebih baik. apabila seseorang memiliki subjective well-being rendah, maka akan rentas stress dan kualitas hidup menurun.

Terlepas dari itu semua, menjadi generasi sandwich merupakan kenyataan hidup yang perlu kita syukuri. Dengan beban hidup yang dirasa cukup besar, sangat penting untuk kita tetap aware terhadap diri sendiri dengan tidak menegasikan segala kebutuhan dalam diri, mulai dari fisik hingga psikis. (IM)


Muallifah Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *