Judul : Kitab Al-Luma’ (Pedoman Teologi Ahlussunah wal Jamaah)
Penulis : Imam Asy’ari
Penerbit : Turos Pustaka
Cetakan : Januari, 2021
Tebal : 207 halaman
ISBN : 978-602-7327-50-4
Dalam ranah teologi, Ahlussunnah wal jamah memang berbeda dengan paham muktazilah yang cenderung rasionalis. Akan tetapi, Abu Al-hasan Al-asy’ari sebenarnya adalah seorang yang pernah menganut paham muktazilah. Meski pada akhirnya ia sadar bahwa ahlussunnah adalah jalan terbaik. Menurut Tajudin As-Subki selama 40 tahun Abu Hasan Al-Asy’ari menganut paham muktazilah sebelum akhirnya Allah melapangkan dadanya lalu membela agama Allah dengan membantah segala pemikiran yang dianggap sesat. (hal. 202)
Abu Hasan Al-Asyari memang dikenal sebagai ulama yang memiliki kecerdasan dan ketajaman pemahaman yang sangat luar biasa, zuhud, dan qanaah. (hal. 203). Bukti-bukti tentang keteladaannya dapat kita temukan dari sikapnya untuk melakukan shalat istikharah saat dirinya dan umatnya dirundung permasalahan akidah yang luar biasa ketika itu. Kemudian ketika tertidur ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah dan diperintahkan untuk menetapi sunnahnya. Sejak saat itulah, Abu Hasan Al-Asyari berpegang teguh pada prinsip ahlussunnah wal jamaah. Bahkan, ia berhasil menulis kitab Al-luma’ ini, sebuah kitab pedoman teologi ahlussunnah wal jamaah yang ditulis 1100 tahun yang lalu.
Buku ini hadir ke hadapan pembaca untuk menunjukkan argumentasi teologis Abu Hasan Al-Asyari terhadap problematika umat Islam pada abad ke-9 masehi. Saat itu aliran Muktazilah, Qadariyah, Khawarij, dan Syi’ah Rafidhah masih menjadi pegangan masyarakat. Akidah tersebut mendakwahkan pemahaman beberapa hal mendasar—yang oleh Abu Hasan Al-Asy’ari—dinilai keluar dari jalur ahlussunnah. Melalui kitab Al-Luma’ Al-Asy’ari menyegarkan kembali pemahaman teologi Islam dan mengembalikannya ke alur pemahaman yang seharusnya.
Ada sepuluh pembahasan yang dibantah oleh Abu Hasan Al-Asyari terhadap aliran Muktazilah di dalam buku ini. Di antara tema-tema yang disinggung di dalamnya mengenai Allah dan sifatnya, Al-Quran dan kehendak, kehendak yang bersifat umum dan semua hal yang bersifat baru, masalah melihat Allah, takdir, kemampuan, penetapan keadilan dan penetapan kejahatan, iman, Khas dan Am serta janji dan ancaman. Semua pembahasan ini dibantah oleh Abu Hasan Al-Asyari dengan analogi-analogi yang objektif dan masuk akal disertai dengan dalil Al-Quran dan hadits.
Di dalam buku ini dihadirkan suatu permasalahan dalam ranah teologi. Kemudian dijawab oleh Abu Hasan Al-Asyari dengan sangat lugas. Misalnya ketika ada orang bertanya apa dalil yang menunjukkan bahwa makhluk memiliki pencipta yang menciptakannya dan pengatur yang mengatur dirinya? Maka jawabannya adalah sebagai berikut, dalil yang menunjukkan hal itu adalah manusia yang berada pada puncak kesempurnaan (sempurna bentuk dan sifatnya) sebelumnya berupa nutfah (air mani) lalu bermetamorfosis menjadi segumpal darah, dan kemudian menjadi daging dengan darah dan tulang.
Sebab itulah, menurut Abu Hasan Al-Asyari manusia tidak bisa mengubah dirinya sendiri dari keadaannya saat ini ke keadaan yang lain. Karena dapat kita lihat, manusia memiliki akal yang tidak dapat menciptakan pendengaran ataupun penglihatannya sendiri. Sebagaimana diapun tak dapat menciptakan anggota tubuh bagi dirinya sendiri. (hal. 04)
Contoh kecil ini adalah bentuk resistensi yang dilakukan oleh Abu Hasan Al-Asy’ari terhadap aliran-aliran yang lain yang menyimpang dari ahlussunnah. Meski harus diakui bahwa saat masa mudanya Abu Hasan Al-asyari berguru kepada pemuka Muktazilah, justru pengalaman berdiskusi dengan mereka ini menjadi bekal untuknya kelak dalam mematahkan segala argumentasi muktazilah ketika terpanggil untuk membela ahlussunnah wal jamaah.
Selain disajikan dalam bentuk pertanyaan beserta dengan jawabannya yang mudah dicerna oleh pembaca, buku ini juga dilengkapi dengan teks asli berbahasa arab dibagian belakang. Beliau juga menjelaskan persoalan sepele tentang teologi menjadi permasalahan mendasar yang akan menggoyahkan iman seorang untuk beralih ke aliran lain. Analisis dari argumentasi yang disampaikan oleh Abu Hasan Al-Asy’ari pada akhirnya menjadi pembelaan yang siginifikan terhadap Ahlussunnah wal jamaah dan kitab ini menjadi perantara untuk meneguhkan akidah umat Islam.
Leave a Reply