,

Memperkuat Relasi Pernikahan dengan Bahasa Cinta ala Rasulullah

/
/

bahasa cinta

Neswa.id-Pernikahan dalam QS. 4:1 disebut sebagai Mitsaqan ghalizha atau perjanjian yang kokoh. Artinya betapa agungnya ikatan pernikahan yang disaksikan langsung oleh Allah dan Rasul. Sehingga wajib bagi keduanya mempertahankan atau memperkuat relasi sehingga tidak mudah goyah atau hancur.

Untuk itu perlunya memupuk cinta kasih berdua dengan segala tindakan dan ekspresi masing-masing, atau disebut sebagai bahasa cinta. Tentunya juga dengan memahami bahasa cinta yang dimiliki dan dibutuhkan oleh pasangan, baik suami maupun istri. Karena bisa jadi masing-masing memiliki bahasa cinta yang berbeda.

Sebagai umat Islam, Rasulullah menjadi panutan atau teladan bagi kita dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Rasulullah merupakan sosok yang sangat menghormati perempuan dan mencintai istrinya. Nabi selalu memperlakukan istrinya dengan cinta, hormat dan menunjukkan kasih sayang dengan tindakan-tindakan romantis sebagai suami.

Rasulullah juga menerapkan bahasa cinta (love language) terhadap istrinya untuk memperkuat relasi pernikahan agar tetap harmonis. Dalam buku The Five Love Language karya Gary Chapman dikatakan bahwa ada 5 jenis bahasa cinta (love language), yakni words of affirmation, act to service, quality time, physical touch, dan receiving gift.

Word of Affirmation

Word Affirmation adalah bahasa cinta dengan mengeskpresikan kata-kata. Melontarkan atau mendapat pujian sebagai penegasan rasa cinta. Sebagaimana Rasulullah SAW sering memberikan pujian kepada istri tercinta. Ketika ditanya siapa yang paling Rasulullah SAW cintai di antara orang-orang, beliau tidak segan-segan mengatakan, “Aisyah!”. Rasulullah Saw juga memberikan julukan manis kepada istrinya itu, yakni Humaira yang artinya pipinya cerah seperti bunga, putih kemerah-merahan.

Rasulullah juga tahu suasana hati Aisyah hanya dengan kata-kata. Hal ini pula yang membuat Aisyah tak bisa lepas dari ikatan cinta Rasulullah. Belau bersabda, “Jika kamu sedang marah, kamu bersumpah ‘Demi Tuhan Ibrahim’, jika hatimu sedang lapang, kamu bersumpah ‘Demi Tuhan Muhammad.”
Aisyah tersipu, “Demi Allah, wahai Rasululah, hanya namamu yang terukir di hatiku,” jawab Aisyah.

Selain itu mendengarkan keluh kesah dan cerita atas persoalan-persoalan hidup yang dihadapi pasangan juga termasuk bentuk bahasa cinta. Menjadi pendengar yang baik, mendiskusikan bersama, dan berharap pasangannya dapat memberikan pernyataan-pernyataan positif untuk mencarikan jalan keluar.

Sebagaimana Khadijah mendengarkan cerita pengalaman Rasulullah yang mengalami ketakukan dan tekanan jiwa yang luar biasa ketika pertama kali menerima wahyu. Khadijah meyakinkan dan menenangkan Rasulullah kemudian membantu mencarikan solusi dengan mengajaknya berkunjung ke orang yang lebih paham.

Quality Time
Menemani ngobrol, makan, mendengarkan, melewati akhir pekan merupakan momen istimewa dan dapat menjadi bahasa cinta bersama orang yang dicintai.
Sebagaimana yang dilakukan Rasulullah ketika Idulfitri, ada orang-orang yang menunjukan keterampilan memanah, pertarungan tombak, dan pertarungan pedang mereka. Beliau mengajak Aisyah melihat pertunjukan tersebut, karena beliau tahu Aisyah sangat menyukainya.

Bersama-sama, mereka menikmati hiburan dan memastikan Aisyah merasa puas dengan pertunjukan tersebut. Rasulullah Saw juga pernah berinisiatif mengadakan lomba lari melawan Aisyah. Rasulullah Saw memenangkan lomba dan membuat Aisyah cemberut, tapi Nabi meledeknya dengan melontarkan senyum, “Impas” kata Rasulullah mengenang pertandingan sebelum-sebelumnya di mana beliau kalah.

Receiving Gifts

Receiving gifts atau saling memberi hadiah merupakan sunnah Rasulullah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw mengatakan, “Hendaknya kalian saling memberi hadiah niscaya kalian saling mencintai.” (HR. Bukhari)

Islam menganjurkan kepada suami dan istri untuk saling memberi hadiah untuk memperkuat cinta dan kasih sayang di antara pasangan. Hadiah yang tulus dari seorang suami atau istri kepada pasangannya bukan hanya karena ada momen-momen istimewa atau sedang merayakan hari tertentu. Namun bisa dilakukan kapan saja sebagai tanda cinta dan terima kasih atas segala pengorbanan pasangannya selama ini dalam membina rumah tangga yang sakinah. 

Sebagaimana Rasulullah sering memberi dan menerima hadiah, entah kepada istri maupun para sahabatnya. Pada suatu kesempatan, Rasulullah pernah menginap di rumah Abu Ayyub Al-Anshari dan dilayani sebaik-baiknya oleh tuan rumah meski dalam keadaan serba terbatas. Nabi tidak pernah mengeluh atau protes. Bahkan, para tetangga Abu Ayyub berlomba-lomba menjamu Nabi. Maka jadilah rumah Abu Ayyub sebagai markas kasih sayang.

Act Of Service

Meringankan beban pasangan seperti membagi pekerjaan rumah tangga dapat disebut sebagai bahasa cinta. Begitu juga dengan melayani pasangan seperti sekadar mengambilkan minum, menyiapkan baju, makanan dan sebagainya. Karena pada dasarnya kehidupan rumah tangga dijalani berdua, sehingga keduanya harus saling membantu dan meringankan pasangan.

Act of Service juga dilakukan Rasulullah dalam rumah tangganya. Suatu malam, Rasulullah berjalan pulang ke rumah dari masjid. Sesampainya di rumah, Aisyah rupanya sedang tertidur lelap.

Beliau lantas berupaya agar istrinya itu tidak tersentak bangun. Dengan perlahan-lahan, Rasulullah SAW membuka pintu rumah, sehingga membiarkan istrinya beristirahat. Nabi Saw bahkan memutuskan untuk tidur di luar kamar. Rasulullah juga membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Aisyah ra. menceritakan bahwa Rasulullah mengerjakan hal-hal sederhana untuk membantu istri-istri beliau seperti mengangkat ember dan menjahit bajunya.

Pyshical Touch
Yaitu ekspresi kasih sayang dengan sentuhan fisik. Berpegangan tangan, pelukan, dicium, dibelai dan sebagainya. Rasulullah selalu memuji pasangan dan memberikan sentuhan fisik seperti mencium, memeluk ketika hendak bepergian atau baru pulang dari aktivitas.

Pada suatu kesempatan, Aisyah memuji Rasulullah Saw yang mencium keningnya dan berkata, “Kegembiraanmu tidak mungkin sebanyak kesenangan yang telah kamu berikan kepadaku!’.

Rasulullah juga pernah mandi bersama Aisyah. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari ‘Aisyah ra, beliau berkata: “Aku mandi bersama Rasulullah Saw dari satu bejana yang berada di antara aku dengan beliau sambil tangan-tangan kami berebutan di dalamnya. Beliau mendahuluiku sehingga aku mengatakan: ‘Sisakan untukku, sisakan untukku!’ ‘Aisyah mengatakan, bahwa keduanya dalam keadaan junub.”

Dalam sebuah hadis dari Abu Dzar ra. ia berkata, Rasulullah Saw menjelaskan kepada para sahabat bahwa banyak perbuatan baik yang dapat dikategorikan sedekah, di antaranya beliau bersabda:

“Dalam setiap hubungan intim kalian (dengan istri) ada sedekah. Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah, apa benar seorang di antara kami sekedar melampiaskna syahwat kepada istrinya akan mendapat pahala? “Beliau menjawab, “Bukankah kalau ia melampiaskannya kepada orang yang tidak halal dia akan mendapat dosa? Begitulah kalau ia melampiaskanya kepada orang yang halal maka akan mendapat pahala.” (HR. Muslim).

Nah, itu tadi bahasa cinta Rasulullah terhadap istrinya yang dapat menjadi teladan kita dalam memperkuat relasi pernikahan. Tentunya ekspresi tersebut harus bersifat timbal balik. Tidak hanya satu arah, tidak hanya suami kepada istri, istri kepada suami, melainkan keduanya. Suami harus memberi bahasa cinta yang dibutuhkan istri dan menerimanya dari istri, begitupun sebaliknya. Karena rumah tangga dijalankan bersama dan senantiasa dibangun bersama. Sehingga kebahagiaanpun dapat dirasakan oleh keduanya. (IM)


Layli Nur Zakiya Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *