, , ,

Membiasakan Sikap Moderat Sejak Usia Dini

/
/


Nur Khalis Setiawan dalam bukunya yang berjudul Akademisi di Pusaran Birokrasi: Menata yang Terserak (2015) menyatakan bahwa ada tiga isu keagamaan dalam kehidupan keagamaan di Indonesia. Pertama, adalah persoalan pendirian rumah ibadah. Bila tidak disikapi secara arif dan bijak melalui regulasi oleh para stakeholder, maka akan menjadi bom waktu. Kedua, hak-hak sipil umat beragama dimana konstitusi dan regulasi perundang-undangan masih memberikan pelayanan keagamaan secara administratif terhadap enam agama di tengah adanya aliran-aliran kepercayaan lainnya. Ketiga, kerukunan umat beragama vis a vis nilai-nilai hak asasi manusia universal. Kerukunan umat beragama jika tidak dirawat, maka akan terjadi disharmoni dan bisa mengancam keutuhan NKRI (Setiawan, 2015). Ketiga persoalan ini menurut hemat penulis berkait-kelindan dengan moderasi beragama yang sedang digaungkan oleh kementerian agama RI.

Selama ini ide moderasi beragama lebih banyak menyasar kalangan intelek. Buku-buku yang menjelaskan tentang moderasi beragama untuk anak usia dini masih minim untuk mengatakan belum ada sama sekali. Saya selaku guru di madrasah merasa kesulitan menerjemahkan kata moderasi beragama ke dalam sebuah mata pelajaran dimana peserta didik masih dalam tahap awal mengenal agama. Pada akhirnya, pelajaran tentang moderasi beragama ini disampaikan tidak secara sistematis dan masif dan sangat bergantung pada kemampuan personal seorang guru.

Buku moderasi beragama yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama tahun 2019 lebih banyak berbicara pada tataran ide filosofis dan belum menyentuh tatanan praktis bagaimana nilai-nilai moderasi beragama itu diaplikasikan baik di kampus maupun sekolah-sekolah di bawah kementerian agama. Buku-buku sejenis misalnya buku karya Prof. Quraish Shihab tentang moderasi beragama juga agak susah jika diajarkan kepada peserta didik tingkat awal seperti RA-MI.

Dalam titik inilah, kehadiran buku modul Membangun Karakter Moderat: Modul Penguatan Nilai-nilai Moderasi Beragama pada Madrasah RA-MI mengisi kekosongan buku modul beragama untuk anak usia dini. Buku yang dibesut oleh dosen-dosen muda yang tergabung dalam Pusat Kajian dan Pengembangan Pesantren Nusantara (PKPPN) IAIN Surakarta ini sangat membantu para guru terutama di madrasah-madrasah untuk menanamkan karakter moderasi beragama sejak usia dini.

Buku ini memberikan panduan praktis bagaimana menanamkan sikap moderat sejak usia dini dengan bahasa yang mudah dipahami. Secara garis besar, buku ini memberikan bekal kepada peserta didik tentang pentingnya bersikap ramah kepada keluarga dan sesama; menjaga lingkungan; mencintai NKRI; menjadi pribadi kreatif dan inovatif dalam berbagai bidang serta mengembangkan karakter dan integritas diri yang dibingkai dalam tema besar moderasi beragama. Disini lah mengapa buku ini penting untuk disebarkan ke sekolah-sekolah di seluruh pelosok Indonesia untuk menanamkan karakter beragama yang moderat sedini mungkin.

Buku ini menjadi menarik karena dilengkapi cerita pendek dengan ilutrasi gambar yang menghadirkan tokoh-tokoh yang sangat beragam, tidak Jawa sentris seperti beberapa buku modul lainnya. Tokoh-tokoh yang ditampilkan, pemilihan lokasi serta kasus yang dipilih cukup memberikan stimulus kepada peserta didik tentang kekayaan khazanah yang dimiliki bangsa Indonesia seperti agama, bahasa budaya dan yang lainnya.

Selain itu, buku ini dalam setiap subbabnya dilengkapi dengan pembahasan serta pembiasaan diri dari peserta didik untuk menanamkan karakter yang diinginkan. Jika sedang membahas tentang mencintai NKRI, maka di akhir tulisan ada beberapa tugas yang dirancang khusus untuk melatih kecintaan peserta didik terhadap NKRI. Misalnya, Topik 7 membahas tentang menjadi Pribadi Kreatif dan Inovatif dan Mandiri; pada subbab ini, peserta didik diberi tugas untuk melakukan kegiatan melipat kertas (origami) dan studi lapangan.

Menurut hemat penulis, buku ini juga cukup ramah gender, dalam artian tokoh laki-laki dan perempuan dihadirkan secara seimbang dengan peran dan profesinya masing-masing. Ini penting disampaikan karena ramah gender merupakan salah satu bagian dari sikap moderat dalam beragama. Bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam struktur sosial kemasyarakatan termasuk dalam pendidikan. Ini juga penting disampaikan kepada peserta didik sedini mungkin. Salah satu materi moderasi tentang sikap santun kepada keluarga

Hanya saja, karena buku ini ditulis saat sebelum pandemi COVID-19, nampaknya tema-tema pembelajaran  daring (dalam jaringan) belum mendapat porsi yang cukup dalam buku ini. Dalam kondisi (new) normal, menurut hemat penulis, buku ini cukup membantu para guru madrasah bagaimana seharusnya menyampaikan tema-tema moderasi beragama kepada peserta didik yang masih dalam masa-masa emas pembentukan karakter. Saya sangat berharap agar buku bisa disebarkan secara masif ke seluruh sekolah-sekolah dan madrasah-madrasah di Indonesia sambil lalu direvisi kekurangan-kekurangannya agar pemahaman keagamaan secara moderat menjadi karakter dasar bangsa Indonesia sejak dini.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *