Neswa.id-Dulu ketika saya izin untuk kuliah di kota, sebagian besar keluarga menolaknya dengan alasan khawatir karena saya perempuan. Salah satu ke khawatirannya adalah saya berubah menjadi “perempuan yang liar”, tidak lagi menjadi perempuan yang manut dan pendiam.
Istilah “perempuan liar” ini kerapkali dilekatkan pada perempuan-perempuan yang berani mengekpresikan dirinya, berani mengungkapkan pendapatnya atau berani menyatakan perasaan pada seseorang yang ia sukai.
Dalam kehidupan yang patriarki, keberanian perempuan yang seperti itu dianggap sesuatu yang tabu, bahkan dianggap menyalahi kodrat seorang perempuan. Sehingga makna “perempuan liar” selalu dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Maka tidak heran jika perempuan selalu diatur untuk menjadi manusia yang diam dan tidak banyak tingkah.
Padahal menurut Ester Lianawati dalam buku “Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan”, sebenarnya setiap perempuan mempunyai sifat “liar” seperti serigala betina. Hanya saja keliaran tersebut sejak lama ditekan oleh masyarakat. Sehingga perempuan hidup dalam ketakutan untuk bertindak dan mengambil keputusan.
Sampai hari ini kata liar masih berkonotasi negatif, seolah perempuan liar adalah perempuan yang tidak terkendali. Padahal kata liar mengandung arti yang sangat positif yaitu kebebasan dan keberanian.
Dengan begitu, Ester dalam buku yang sama mengajak kita, laki-laki dan perempuan untuk memaknai ulang istilah “perempuan liar”. Menurutnya jangan memaknai perempuan liar sebagai sosok yang mengerikan.
Sebab perempuan liar adalah perempuan yang mempunyai pribadi yang hangat dan autentik. Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. Perempuan liar mampu beradaptasi sambil tetap menjadi dirinya sendiri dan ia juga paham bahwa sebagai perempuan ia tidak berfungsi untuk menyenangkan dan memuaskan orang lain.
Selain itu, perempuan liar juga tidak otoriter. Ia adalah sosok yang tegas, berani dan otonom. Ia mandiri dalam mengambil keputusan dan tidak membiarkan diri dikekang oleh norma-norma yang merugikannya sebagai perempuan. Ia juga tidak merasa wajib untuk mengikuti standar kehidupan “normal” yang ditetapkan oleh masyarakat.
Perempuan liar akan memutuskan segala sesuatu atas dasar keinginannya sendiri, bukan karena dorongan atau paksaan orang lain. Misalnya dalam soal pernikahan. Perempuan liar akan menikah karena menganggap bahwa dirinya sudah siap dan sudah menemukan pasangan yang tepat. Jadi, ia tidak menikah hanya karena sudah berada di “usia menikah”, desakan keluarga, atau karena teman-temannya sudah menikah.
Menurut saya, keberanian dan kebebasan seperti ini, penting untuk diajarkan pada setiap perempuan. Karena dengan karakter seperti ini perempuan akan berani keluar dari kondisi-kondisi yang merugikan dirinya. Misalnya dari aturan yang mewajibkan ia untuk tetap diam ketika mengalami KDRT.
Sebab seperti yang disampaikan oleh Ester, banyak perempuan yang memilih untuk tetap tinggal bersama suami yang kerap memukuli dan mengkhianatinya berkali-kali, hanya karena merasa takut. Takut suaminya lebih kasar jika ia pergi, takut mencemarkan nama baik keluarga, takut tidak mampu mandiri secara ekonomi dan takut anak-anaknya menyalahkan keputusannya.
Mengapa perempuan tidak berani bertindak meskipun berada dalam lingkungan tersebut? Hal ini disebabkan karena budaya patriarki membentuk perempuan menjadi naif. Kenaifan ini membuat perempuan rentan menjadi korban dan sulit melepaskan diri dari posisinya sebagai korban. Sebab perempuan naif akan berpikir bahwa suami kasar akan berubah jadi malaikat. Dan akhirnya dia memilih untuk tetap bertahan dengan pasangannya yang kasar.
Jika ada beberapa perempuan yang berani keluar dan mengakhiri pernikahan menyakitkan itu, masyarakat dengan otomatis akan menyalahkan dan menghakimi dia. Bahkan sebagian orang akan menyebutnya sebagai “perempuan liar” dalam arti yang negatif.
Oleh karenanya, kita harus mulai mengapresiasi setiap langkah-langkah yang diambil oleh perempuan, termasuk keberanian untuk keluar dari zona-zona menyulitkan tersebut. Walaupun dalam perjalannya pilihan-pilihan yang diambil oleh perempuan liar tidak selalu benar, akan tetapi dengan kebebasan yang dimilikinya, ia akan belajar dari pengalamannya untuk bangkit, menjadi lebih baik, dan lebih kuat. Jika pernah naif, ia belajar untuk tidak lagi naif.
Wahai perempuan, jika saat ini kita merasa hidup kita terkekang, tidak berdaya, putus asa dan dikendalikan orang lain, itu artinya ada pertanda keliaran pada diri kita yang mendesak untuk dikeluarkan. Maka bangkitlah, dan jadilah liar! (IM)
Leave a Reply