Neswa.id- Ada yang berbeda dari kebiasaan masyarakat zaman digital. Bangun tidur yang dicari benda smart yang selalu menemani kemanapun dan di manapun. Terlihat dari layar handphone ada notif dari detik.com, terkait berita tentang pelajar. Segera saya baca, merinding rasanya saat saya tahu informasi ini. Bad stimulus untuk otak dan rasa di tubuh ini. Wong pagi-pagi bukannya baca doa bangun tidur, alhamdulillahilladzi ahyana ba’dama amatana wailaihin nusyur, justru malah berita menyedihkan sekaligus pilu yang saya baca, yang mau tidak mau akan turut mewarnai pemikiran saya hari ini.
Terbaca oleh saya dalam kutipan berita itu bahwa pernikahan dini selama tahun 2022 yang terdata di Pengadilan Agama Ponorogo, ada 191 permohonan dispensasi nikah yang masuk dengan rentang usia 15-19 tahun, miris rasanya mengetahui kabar ini, mengingat merekalah calon calon pengganti pimpinan negri ini.
Di zaman yang serba mudah, zaman milenial dengan penuh kemudahan digital, video-video mainstream, akun-akun yang berbau pornografi, iklan-iklan yang menguras birahi sangat mudah mereka dapatkan. Ditambah lagi ide brilian dari para pengusaha untuk membangun Oyo, Apartemen, Red Doorz serta fasilitas esek-esek yang berbalut izin pemerintah yang sangat murah disertai dengan nuansa instagramable, membuat generasi muda kita amat mudah untuk menjembatani keinginan keinginan dari yang mereka dapatkan dari tontonan-tontonan yang mudah dan murah itu.
Bahkan menurut satu cerita dari pasangan muda yang datang kepada saya, mereka ini calon suami istri yang sudah hamil tapi belum menikah. Lebih parahnya lagi si laki-laki belum mengakui itu adalah bayinya, karena menurut dia, hanya melakukannya sebulan sekali dengan mantannya ini, tapi si perempuan bersikeras menguatkan bahwa bayi ini adalah hasil hubungan bersamanya. “Saya kan hanya sebulan sekali selebihnya kamu melakukan dengan yang lain”, ujar si laki-laki ini. Perempuan itu menyanggahnya sambil muntah muntah di ruang tamu saya membawa kantong plastik hitam untuk tempat pembuangan isi perutnya, efek dari hamil muda yang sedang dialaminya.
Miris memang. Mereka berdebat di depan saya yang ketika itu hanya bisa menelan ludah dan mencoba menormalkan pikiran agar tidak masuk dalam emosi yang sama kedalam putaran arus masalah mereka. Saya tanya mereka melakukan perbuatan itu di mana, terungkaplah bahwa mereka melakukan hampir setiap bulan sekali di apartemen Bogor seharga Rp. 125.000,00 yang menjadi lebih murah karena mereka memahami kode voucher murah di salah satu situs aplikasi penyewaanan apartemen, kecerdasan yang dipakai di tempat yang salah.
Menyoroti masalah ini, pastinya bukan hanya satu kasus yang terjadi, mungkin ratusan bahkan ribuan kasus yang sama yang tidak terangkat di publik. Memahami pemikiran anak muda yang hanya berbalut cinta dan rasa, tanpa punya pikir panjang terhubung masa depan yang masih jauh menanti hal ini, membuat saya rasanya harus berbuat sesuatu untuk negeri ini.
Pernikahan di bawah umur menghasilkan turunan turunan hukum lanjutan, di antaranya harus melaui sidang dispensasi nikah di Pengadilan Agama, di mana anak-anak atau calon pengantin muda ini harus daftar di persidangan dan menghadiri sidang secara langsung yang harus dihadiri oleh kedua orang tua masing masing sekaligus dua orang saksi sebagai penguat keberadaan atas kebenaran kasus mereka.
Pernikahan merupakan suatu proses yang panjang bukan sekedar asa dan rasa apalagi cuma sebatas harta. Anak-anak sekarang yang mereka prioritaskan adalah bagaimana mereka bisa merasakan hubungan yang nyaman tanpa ada batas kebebasan padahal Nabi sudah mengajarkan bagaimana cara memilih pasangan yang terbaik untuk hidup dan keberlangsungan kehidupan selanjutnya.
Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Namun dari empat itu paling utama adalah agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat.” (HR. Bukhari Muslim).
Anak-anak sekarang pada umumnya jatuh cinta hanya sekedar menyuarakan rasa dan asa tanpa berfikir jauh untuk masa depan. Perilaku anak-anak muda sekarang membuat kita semakin miris terhadap kebiasaan-kebiasaan mereka, pola hidup yang sangat berubah, kurang perjuangan, kadang saya berasumsi apakah semua ini karena pola asuh orang tua yang salah, membiasakan hidup dalam zona nyaman, cara mereka adaptasi dengan lingkungan terlihat lebih kaku, dan kurang peduli.
Siapa yang salah? Ataukah perlu saling menyalahkan? Bukan waktu yang tepat untuk mencari pembenaran saat ini. Yang jelas kita harus bekerja sama dalam merangkul generasi penerus bangsa ini dengan terus merajut antar lintas sektoral agar bisa tercapai apa yang menjadi mimpi negri ini.
Memahami kehidupan percintaan, perlu hati-hati agar tidak salah mencintai orang, ataupun mencintai orang yang salah agar kamu tidak terjebak dalam kehidupan rumah tangga bak neraka, mengalami neraka kehidupan di dunia, sebelum neraka di akhirat. Tapi pada saat kamu bisa memperjuangkan diri berjuang atas nama cinta yang suci, pergaulan yang halal, yang bersih dari prilaku seks bebas, maka saat itulah surga dunia akan kamu dapatkan. Meski rona rumah tangga tidak semudah dan seindah kata-kata, tapi minimal ajaran agama sudah menjadi prioritas kehidupan. Cintailah hidupmu dari sekarang dengan menjaga dan mengikuti aturan aturan norma yang ada, kelak akan membawa langkahmu mudah dan jauh dari gegabah. (IM)
Leave a Reply