,

Lailatulqadar, Laku Sufisme, dan Upaya Menuju Idulfitri

/
/

Lailatulqadar, Laku Sufisme, dan Upaya Menuju Idulfitri

Neswa.id- Tidak terasa bulan Ramadan sebentar lagi akan meninggalkan kita. Bagaikan seorang kerabat yang meninggal dunia dan meninggalkan kita selama-lamanya, rasanya terharu, sedih sekaligus merasakan kehilangan. Rasa itu sebenarnya berdasarkan keistimewaan yang dimiliki oleh bulan Ramadan. Salah satu momentum di bulan Ramadan yang ditunggu-tunggu adalah Lailatulqadar.

Lailatulqadar yang mempunyai arti malam kemuliaan adalah malam yang paling istimewa sepanjang masa dan lebih baik dari pada seribu bulan. Ihwal ini termaktub dalam Alquran Q.S Al-Qadr [97], yang berarti:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (malaikat Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Q.S. Al-Qadr [97]: 3-4).

Menurut Syekh Abdul Halim Mahmud dalam kitab Syahr Ramadan, Kairo: Darul Ma’arif sebagaimana dikutip dari NU Online edisi Minggu (19/5/2019), menyatakan bahwa dari sudut kemuliaannya, lailah al-qadr lebih utama dari seribu bulan (alfu syahrin). Surat Al-Qadr menggambarkan lailah al-qadr dengan turunnya para malaikat di malam itu untuk mengurus berbagai urusan, dan kedamaian atau kesejahteraan memenuhi malam itu hingga fajar.

Menurut perhitungan Syekh Abdul Halim Mahmud, seribu bulan (alfu syahrin) setara dengan 83 tahun 4 bulan. Hal itu merupakan standar umum umur manusia. Itu artinya Lailatulqadarlebih baik dari pada umur manusia; dari umur setiap manusia, baik umur manusia di masa lampau maupun umur manusia di masa mendatang. Intinya, Lailatulqadar lebih baik dari (usia) zaman. (Syekh Abdul Halim Mahmud, Syahr Ramadan, hlm. 21)

Dari penjelasan tersebut, kita memahami bahwa betapa maha dahsyatnya Lailatulqadar. Artinya, kita tidak boleh menganggap remeh sama halnya dengan malam minggu tanpa seseorang kekasih. Lalu, kapan tepatnya Lailatulqadar itu hadir?

Menurut Imam Syafii sebagaimana dikutip dari NU Online (Kamis, 21 April 2022), secara spesifik berpendapat bahwa tanggal 21 dan 23 Ramadan lebih potensial terjadi Lailatulqadar. Sedangkan mayoritas ulama termasuk Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi berpendapat Lailatulqadar jatuh pada 27 Ramadan.

Selanjutnya, ada Imam Fakruddin Ar-Razi, hikmah dirahasiakannya Lailatulqadar adalah supaya umat Islam bersungguh-sungguh melakukan ibadah selama Ramadan selama satu bulan penuh. Jangan sampai kita lengah satu hari saja untuk mendapatkan malam yang lebih baik daripada seribu bulan itu. Tentunya, kita menginginkan Lailatulqadar saat kebetulan kita malas beribadah. (Imam Fakruddin Ar-Razi dalam Mafatihul Ghaib, t.t: juz 32, hlm. 28).

Dari Kiat Sufi, Menuju Idulfitri

Pada bulan Ramadan, umat Islam cenderung melakukan ibadah yang istimewa, di mana hal itu bernuansa tasawuf. Tasawuf  merupakan salah satu tradisi dalam Islam yang secara esensial telah ada pada masa Nabi Muhammad Saw.

Tasawuf mengalami perkembangan yang ditandai dengan formulasi ajaran-ajaran dalam sebuah teori dan ilmu keislaman, yaitu ilmu yang membicarakan tentang bagaimana manusia mengadakan hubungan dan komunikasi dengan Tuhan. Pemaknaan tasawuf secara epistimologi, menggunakan intuisi (dzauq dan wujdan) dengan hati (qalb) sebagai sarana untuk memperoleh kesalehan, wawasan spiritual, dan puncaknya adalah ma’rifatullah (Amin Syukur dan Masharudin, 2002: v-vi).

Maka, secara gamblang peribadatan di bulan Ramadan adalah sebuah latihan dalam menggapai ma’rifatullah, untuk menggapai lailatulqadar. Dengan watak sufisme, yaitu iktikaf di masjid dengan salat malam, berzikir, dan melantunkan segala pujian kepada Allah dan bermunajat kepada-Nya. Juga, diiringi dengan rasa takut (raja’) dan pengharapan (khauf) di mana hal itu diungkap oleh Imam Hasan Al-Bashri, menjadi upaya untuk memiliki rasa takut pada dosa-dosa yang telah kita perbuat dan selekas itu kita mengharap ampunan Allah Swt.

Berdasarkan Argumen di atas, upaya itu memperoleh kemenangan di Hari Raya Idulfitri. Untuk memperoleh podium kemenangan yang suci itu juga perlu kiat-kiat ala sufi, yang merujuk kepada konsep tasawuf akhlaki yang berkaitan dengan penyucian jiwa (takhalli), menghiasi kehidupan sifat-sifat perilaku terpuji (tahalli), dan terungkapnya cahaya ghaib dari Tuhan (tajalli).

Takhalli berarti membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan penyakit iri hati yang merusak. Menurut Imam al-Ghazali, dalam ber-takhali kita harus latihan (riyadlah) dan perjuangan (mujahadah) untuk menyingkirkan hawa nafsu (syahwat) yang negatif. Apabila hal tersebut sukses, maka kita akan memperoleh kebahagian.

Selanjutnya ialah tahalli, yaitu menghias diri dengan sifat dan perilaku terpuji. Berusaha agar sifat dan perilakunya selalu sejalan dengan ketentuan agama. Selalu menyinari hati dengan sifat-sifat terpuji (mahmudah) adalah mujahadah yang kemudian akan menghasilkan insan yang sempurna (insan kamil).

Setelah seseorang sukses melalui takhalli dan tahalli, maka tahap terakhir adalah tajalli, yaitu dimana hati seseorang terbebas dari tabir (hijab) yang diartikan sebagai sifat-sifat kemanusiaan atau memperoleh Nur yang selama ini tersembunyi (ghaib) atau segala sesuatu selain Allah ketika Nampak (tajalli) wajah-Nya. Bisa dikatan dalam tajalli, seseorang dapat merasakan kehadiran Allah.

Apabila seseorang telah mencapai tajalli, maka ia akan memperoleh ma’rifa. Ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia ketuhanan dan peraturan-peraturan Allah tentang segala sesuatu (Amin Syukur dan Masyharuddin, 2002: 45-49).

Lalu, makrifat disinilah dapat kita kontekstualisasikan dengan kemenangan Hari Raya Idulfitri. Maksudnya adalah, selama satu bulan penuh Ramadan kita telah beribadah dengan semangat atau riyadah-riyadah sehingga kita telah mencapai makrifatberupa kembali kepada fitri atau fitrah.

Nah, sudahkah kita melakukan perihal sufistik dalam sepuluh hari terakhir yang identik dengan Lailatulqadar? Wallahualam Bissawab. (IM)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *