Matahari menyongsong pagi
Tanda kami harus menutup kuncup,
tapi apakah harus menutup kuncup?
Tak bisakah kita tetap membuka kuncup sesuka hati?
Sang lebah terlihat bolak-balik menunggu sang kuncup
Tak peduli bagaimana perasaan kuncup berusaha menjaga sarinya
Karena kuncup tak ingin kembali sakit karena sang lebah
sang lebah yang hanya menginginkan sari, bukan kuncup
Air mata terus mengalir, bukti rasa sakit
Rasa tidak adil
Juga rasa takut
Rasa yang ditinggalkan sang lebah hingga sang kuncup layu
Namun kataku, kuncup hebat
Berani berdiri tegak menarik lawan hingga tak ada yang bisa menolak auranya
Duri-duri tampak gagah melindungi kuncup renta yang mudah terjatuh
Namun tak pernah melawan takdir.
Kuncup seolah siap menerima takdir Tuhan
Bersama angin, ia menari melawan matahari
bergerak menemui bulan
hingga menemukan kebahagiaan
Kuncup adalah permata dunia
Para perempuan yang siap menaklukkan dunia melawan ketidakadilan
Berdiri tegak tak tergoyahkan bersama duri yang telah mereka tanam dalam diri
Walaupun berharap pada angin, namun mampu berjalan maju
Seperti keteguhan Hafsah binti Umar menjaga Alqur’an
Kesabaran Asiyah menghadapi Fir’aun
Juga empati Ummu Kultsum yang tak mampu melihat masyarakat menderita
Setiap perempuan hebat dalam bidangnya masing-masing
Persepsi salah tentang perempuan terus menguar
Menganggap permata hanya bagian dari dapur dan kamar
Tanpa tahu berlian apa yang sedang mereka genggam
Tanpa bersuara permata tetap bersinar
Dan kuncup pun tak akan lekas layu
Karena sang waktu
Tak pernah menganggap remeh kuncup mawar merah
Leave a Reply