,

Kisah Perempuan yang Merasakan Sekilas Siksaan Neraka di Dunia

/
/


Siksaan neraka memang hanya bisa dirasakan nanti ketika manusia telah mati, namun pada zaman Nabi Muhammad SAW terdapat seorang perempuan yang ‘beruntung’ memiliki pengalaman dapat merasai sekilas siksaan neraka ketika di dunia. Disebut ‘beruntung’ karena sekilas siksaan tersebut dapat membuatnya lebih berhati-hati dalam menjalani sisa usia di dunia. Kisah ini bersumber dari kitab Mawaidz al-Ushfuriyyah karya Syekh Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfury. Berikut kisah lengkapnya.

Dikisahkan dari Sayyidah Aisyah, bahwa suatu waktu terdapat seorang perempuan yang mendatangi Nabi Muhammad SAW yang mengeluh tentang keadaan tangan kanannya yang kering kerontang. Perempuan itu berkata, “Wahai Rasulallah, mohon doakanlah aku kepada Allah agar Dia mengembalikan keadaan tanganku seperti semula.”

Lalu Nabi Muhammad bertanya, “Apa yang membuat tangan kananmu kering seperti ini?”

Sang perempuan pun mulai menceritakan asal-usulnya. Ia mengatakan bahwa pada suatu malam ia bermimpi seakan kiamat telah terjadi. Neraka Jahannam tampak menyala dengan jilatan apinya yang mengerikan. Di salah satu sudut lembah api, ia melihat ibunya sedang melindungi dirinya dari serangan api menggunakan sepotong daging dan sehelai kain kecil. Kemudian ia bertanya pada sang ibu, “Wahai ibuku, ada apa dengan semua ini, padahal engkau semasa hidup patuh kepada Allah dan mendapatkan ridha dari ayah?”

Sang ibu menjawab, “Wahai anakku, itu memang benar. Tak pernah lepas aku untuk beribadah kepada Allah sekaligus berbakti kepada suami, namun karena aku di dunia adalah sosok yang pelit, maka di sinilah tempat perkumpulan orang-orang pelit.”

Ia bertanya lagi, “Lalu mengapa hanya ada sepotong daging dan sehelai kain di dua tanganmu, ibu?”

Sang ibu kembali menjawab, “Selama hidup aku hanya pernah bersedekah dengan sepotong daging dan sehelai kain. Oleh sebab itu, Allah hanya memberiku ini untuk melindungiku dari api dan siksa.”

Ia kembali bertanya, “Lalu ayah di mana?”

Sang ibu menjawab lagi, “Ayahmu sekarang berada di surga dengan orang-orang yang dermawan.”

Akhirnya, ia pergi ke surga untuk mencari ayahnya. Sesampai di surga, ia melihat sang ayah berada di tepi telaga Nabi Muhammad SAW. Semua orang di sana minum di telaga dengan cara mengambil wadah dari tangan Sayyid Ali bin Abi Thalib, Ali mengambil dari Utsman bin Affan, Utsman mengambil dari Umar bin Khattab, Umar mengambil dari Abu Bakar as-Shiddid, dan Abu Bakar mengambil dari Nabi Muhammad SAW. Ia lalu bertanya kepada sang ayah, “Wahai ayah, sesungguhnya ibu kini berada di lembah neraka dan engkau berada di surga dengan meminum air dari telaga Rasulullah. Ibu sedang kehausan, berilah ia satu tegukan air.”

Sang ayah menjawab, “Wahai anakku, ibumu semasa hidupnya memang taat beribadah dan mendapatkan ridhaku sebagai suami, namun ibumu adalah orang yang pelit dan Allah mengharamkan air telaga Nabi Muhammad dinikmati oleh orang-orang yang pelit dan orang-orang yang gemar berbuat maksiat kepada Allah.”

Akhirnya ia menggunakan telapak tangan sebagai wadah untuk mengambil air, agar dapat diminum oleh ibunya. Ketika sang ibu telah meminumnya, tiba-tiba terdengar suara berkata, “Apakah Allah akan mengeringkan tanganmu? Engkau datang memberi minum orang-orang yang pelit dari telaga Nabi Muhammad.”

Ketika ia tersadar dari mimpi, ditemui tangannya benar-benar kering kerontang. Lalu Nabi Muhammad berkata, “Allah telah membuat contoh siksaan dari ibumu yang pelit selama di dunia. Lalu, bagaimana nanti siksaan yang sebenarnya ketika di akhirat?”

Sayyidah Aisyah lalu berkata, “Setelah itu, Nabi Muhammad meletakkan tongkatnya di atas tangan perempuan itu sembari berdoa kepada Allah (Wahai Tuhanku, berdasarkan mimpi yang telah diceritakan oleh perempuan ini, mohon kembalikanlah tangan kanannya seperti sedia kala). Atas izin Allah, tangan perempuan itu kembali seperti semula.”

Kisah di atas mengajarkan kepada umat manusia untuk menghindari sifat kikir, sebab kikir termasuk satu di antara penghalang manusia memasuki surga. Terlebih di bulan Ramadan seperti ini yang menjadikan sedekah di dalamnya sebagai sedekah yang paling utama.

Wallahu A’lam

~~sumber gambar ilustrasi: NU Online



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *