Neswa.id-Tahun demi tahun Renjana lalui dengan semua yang ada disini, sekarang sudah berada di akhir tahun kata orang-orang kita bisa memulai versi terbaik kita di tahun yang akan datang namun Renjana masih saja berada disini, di zona yang sama entah kenapa zona ini sangat nyaman tapi kalau Renjana tetap berada disini Renjana sama sekali tidak akan mendapatkan kemajuan yang ia inginkan sedangkan orang-orang sudah memulai start nya dari sekarang dan ia tertinggal jauh dibelakang.
Perkenalkan Renjana adalah anak pertama dari pasangan Bapak Reza dan Ibu Jana. Saat ini, ia berada di bangku kuliah. Pikiran nya selalu beradu dengan banyaknya ucapan orang-orang yang terkadang masuk akal kalau ia pikir, namun kata orang jangan pernah mendengarkan apa kata orang-orang jadilah dirimu sendiri tapi ternyata itu begitu sulit bagi Renjana yang selalu mencoba percaya diri.
Hari-hari ia lalui dengan kepercayaan diri nya yang selalu ia tanamkan namun ternyata sama saja, terkadang Renjana menatap beberapa orang yang ia pikir mereka lebih hebat dari nya, memiliki banyak kelebihan dan keberuntungan yang selalu ia bandingkan, padahal kata orang tidak baik membandingkan diri kita dengan orang lain karna kita mempunyai keistimewaan masing-masing nyatanya terkadang kita selalu membandingkan diri kita karna rasa tidak percaya diri kita.
Renjana menatap buku yang ada dihadapannya buku yang selalu ia bawa kemanapun ia berada, ia ingat dengan satu kutipan yang ada di buku tersebut “kunci untuk kehidupan yang baik bukan tentang memedulikan lebih banyak hal, tapi tentang memedulikan hal yang sederhana saja, hanya peduli tentang apa yang benar dan mendesak dan penting” Renjana teringat kembali akan kejadian kejadian yang ada di tahun ini, kalau dipikir-pikir banyak hal yang telah ia lalui, banyak hal yang sudah ia lewati sampai ia berada di titik ini sekarang.
“Renjana, kenapa sih dari tadi ngelamun aja?” tanya teman nya dari arah belakang, Renjana memalingkan tubuhnya menatap orang yang mengajak nya bicara itu ah ternyata itu Nia teman sekelasnya.
Renjana menggeleng mengatakan kalau itu tidak apa-apa ia hanya sedang bergulat dengan pikirannya saja, “engga biasalah lagi banyak pikiran” ucapnya seadanya. Nia paham betul kalau teman nya ini sedang berbohong namun ia tidak ingin membuat
Renjana merasa terbebani akan pertanyaan nya tersebut jadi lebih baik ia mengganti topik yang ada untung nya Nia tipikal orang yang pintar dalam banyak pembicaraan jadi tidak berhenti disana saja pembicaraan mereka.
“Oh iya, nanti sore mau ikut engga?”
“Ngapain tuh?”
Nia tersenyum melihat keantusiasan teman nya tersebut, “ada rencana sekolah rakyat sih mau ikut?” Renjana nampak berpikir namun ia rasa itu menyenangkan mencoba hal baru untuk dirinya, karna ia juga anak yang suka mencoba hal baru mungkin ini bisa menjadi hal baru baginya.
Ia pun setuju ikut dengan Nia ke sekolah rakyat tersebut, waktu cepat berlalu mereka bersiap untuk pergi ke lokasi yang dituju. Renjana begitu bersemangat bahkan ia sudah siap lebih awal dari Nia padahal mereka bisa saja melakukan hal lain dulu sebelum sampai tepat di sana, “emang sekolah rakyat ngapain aja?” tanya Renjana, yang ia tau Nia hanya mengajaknya tidak memberi tahu apa yang akan mereka lakukan disana.
Nia baru saja selesai merapikan tapi sepatunya lalu menjawab pertanyaan Renjana tersebut, “kita bakal ketemu anak-anak kali ini tempatnya di lokasi para pemulung sih, kamu beneran mau ikut?” Nia meyakinkan teman nya itu lagi, tapi Renjana tetap ingin ikut jarang-jarang ia bisa ikut bersama Nia jadi mereka langsung saja menuju lokasi yang sudah di tentukan tersebut.
Sepanjang jalan mereka menghabiskan berbicara banyak hal, jujur saja Renjana merasakan banyak perubahan bersama Nia padahal bisa dibilang mereka tidak kenal lama namun Nia sudah banyak mengajarkan hal baru pada Renjana, itu juga yang membuat Renjana kadang percaya akan pada dirinya dan mulai mencoba maju keluar dari zona nya bukan itu saja ia juga di kelilingi oleh teman-temannya yang selalu memberikan support padanya.
Setiap jalan yang mereka lalui Renjana takjub dengan beberapa orang ia lihat, mulai dari ibu-ibu di lampu merah menggendong anaknya untuk mencari sepeser uang, badut yang berdiri entah berapa lama ia disana dan itu juga untuk mencari uang, para pedagang yang mungkin bisa dilihat di samping nya juga ada pedagang lain yang dimana mereka untung-untungan dan banyak hal lainnya.
Renjana pun merasa sedih, mengingat dirinya yang selalu membandingkan-bandingkan
dengan orang lain tak pernah merasa puas akan apa yang telah Tuhan berikan, kala melihat itu ia sangat bersyukur karna Tuhan telah memberikan semua ini kepadanya.
Ternyata banyak orang yang masih kurang dari kita tapi mereka tetap bersyukur dengan apa yang ada, padahal mereka mati-matian untuk mendapatkan nya sedangkan kita selalu mengeluh dengan apa yang ada dan merasa itu tidak cukup. Tak lama mereka sampai di lokasi tersebut, tempat itu kumuh kalau kita lihat itu sangat
menyedihkan tapi mereka tetap bisa tinggal dilingkungan itu.
Banyak senyum anak-anak kecil yang terpancar kala Renjana dan yang lain datang kesana, mereka tertawa kegirangan mendapati kami membawa beberapa peralatan untuk mereka belajar. Sekolah rakyat yang dibangun oleh orang-orang hebat, mungkin Renjana orang baru disini tapi dirinya sudah terpukul akan banyak hal, kesederhanaan, kebersamaan, itu sangat melekat disini mereka di sambut baik oleh orang-orang yang ada disini. Banyak anak kecil datang menghampiri padahal mereka belum menyiapkan apa-apa tapi mereka sudah sangat antusias menunggu.
“Haii, hari ini kami mau ngadain sekolah rakyat disini. Kami bawa banyak pewarna dan buku gambar buat adik-adik disini, ayo angkat tangan nya siapa yang mau ikut belajar mewarnai disini” Nia mengajak anak-anak disini mereka sangat bersemangat sekali nampak wajah yang sumringah itu.
Semua sekarang sudah tertata, anak-anak langsung menyerbu untuk duduk manis disana, satu persatu dari mereka membagikan buku gambar dan pensil warna betapa senangnya anak-anak tersebut setelah menerima itu, Nia menyuruh Renjana untuk mengajak anak-anak disana untuk berbicara awalnya Renjana tidak yakin tapi Nia meyakinkan dirinya kalau ia pasti bisa, perlahan Renjana berbicara dengan anak-anak tersebut mulai dari menanyakan nama, umur mereka dan tempat tinggal mereka ternyata itu menyenangkan. Sangat menyenangkan bisa kenal dengan orang baru, bisa belajar hal baru disini.
“Seru kan? aku engga tau apa yang terjadi, tapi jangan paksa diri kamu kalau kamu engga mampu, lakukan itu pelan-pelan dan mulai aja dulu, yakin aja kalau semua yang kamu lakukan pasti ada hasilnya, jadi diri kamu yang terbaik dengan versi kamu sendiri karna engga ada yang bisa melakukan nya selain diri kamu sendiri, jangan lupa buat selalu bersyukur dengan keadaan yang ada, kamu itu hebat, kamu itu keren, kamu itu bisa, kamu pasti bisa contohnya tadi aja kamu bisa bicara sama orang baru kan padahal kamu tipe orang yang engga suka bicara lebih dahulu tapi kamu bisa akrab sama mereka” ucap Nia.
Kalau di pikir-pikir itu benar, semua nya bisa kita lakukan kalau itu dengan kemauan dan niat kita sendiri, kita mempunyai keistimewaan tersendiri kalau kita mau kita bisa maju, selalu bersyukur dan jangan membandingkan diri kita dengan orang lain karna kita memiliki porsi yang berbeda-beda namun semuanya sama di mata Tuhan, akan datang kebahagiaan itu kalau kita menjalani semua dengan kelapangan. Percaya diri pada diri kita kalau kita bisa melakukannya, berdamai dengan apa yang ada akan membuat kita tenang dan pelan-pelan menumbuhkan kepercayaan tersebut.
Leave a Reply