,

International Conference; Belajar dari Pengalaman Para Ulama di Berbagai Negara

/
/

International Conference; Side Event KUPI II

Neswa.id- Rabu 23 November 2022 di Aula UIN Semarang kampus III dipenuhi oleh peserta yang datang dari berbagai manca Negara untuk mengikuti International Conference (IC). Rektor UIN Semarang memberi sambutan dengan sangat meriah dan apresiatif. Ia berharap acara ini dapat memberi kontribusi nyata pada UIN Semarang khususnya dan kepada masyarakat luas secara umum, “Selamat datang di UIN Semarang, kampus kemanusiaan dan peradaban.”

Tak kalah apresiatif, ketua AMAN Indonesia, Dwi Rubiyanti Kholifah, juga mengucapkan rasa haru yang luar biasa, terutama pada peserta yang datang dengan biaya pribadi. Acara ini adalah bukti cinta dan kepedulian. Bagaimana tidak, jarak yang tak bisa dibilang dekat, untuk menempuhnya membutuhkan biaya jutaan tidak menjadi masalah.

Karena itu bunyai Badriyah Fayumi tidak mampu menahan keharuannya melihat antusiasme peserta dalam acara side event Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) kedua ini. Bunyai Bad, sapaan akrab bunyai Badriyah- sampai menangis saat pertama kali menaiki panggung, berterima kasih pada selurh elemen yang hadir dan berkontribusi menyukseskan acara ini.

Peserta seminar terdiri dari berbegai kalangan; pengamat, wartawan, aktivis perempuan yang datang dari 20 negara; Kanada, Mesir, Firlandia, Prancis, Hongkong, Hungaria, India, Kenya, Malaysia, Maroko, Pakistan, Suriah, Thailand dan lain-lain. Dalam kesempatan ini, pada hakikatnya semua peserta adalah speaker. Namun ada beberapa orang yang memang telah ditunjuk untuk memantik diskusi, merefleksikan pengalaman di masing-masing daerah, kendala dan tantangan-tantangan baru yang mereka hadapi dalam bergerak meneguhkan kemanusiaan dan peradaban.

Salah satu tema yang dibahas di panel IC adalah Male Involvement in Faith Communities: Good Practices, Implication and Backlash. Tiga pemantik yang datang dari Burundi, Imam Khalfan, Nur Hasyim dari Indonesia dan dari India Mohamed Altamash Khan, berbagi cerita tentang pergerakan mereka dalam menemani para lelaki dalam menumbuhkan kesadaran tentang kemanusiaan dan perempuan. 

Perlu diketahui bahwa, perhelatan KUPI selama ini dilaksanakan di pesantren sekaligus kampus. Pertama, (25-27 April 2017) di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islami, Babakan, Ciwaringin, Cirebon Jawa Barat. Sementara KUPI kedua yang akan dilaksanakan besok 24-26 November 2022 dilaksanakan di UIN Semarang dan Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Bangsri Jepara. Ada dua alasan yang melatar belakangi Majelis Musyawarah KUPI memilih pondok dan perguruan tinggi sebagai tempat digelarnya KUPI. Pertama, pondok pesantren adalah lembaga yang mewakili pendidikan masa lalu sementara perguruan tinggi mewakili pendidikan di masa yang akan datang.

Kedua, Pesantren mewakili warisan ulama atau intelek zaman dahulu (ulama salaf) dengan turas yang begitu kuat. Sedangkan perguruan tinggi mewakili sistem belajar yang komperhensif sehingga bisa menjangkau dunia internasional.

Bunyai Bad, sebagai ketua Majelis Musyawarah KUPI menyatakan, kongres ini untuk menyatukan cita, visi, keinginan bersama, kemudian terwujud di ruang kerja kita masing-masing. Bunyai bisa mengaplikasikan cita-citanya di ruang pengabdiannya di pesantren. Dosen mengaplikasikannya di kampus-kampus. Begitu seterusnya, semuanya berperan di ruang pengabdian masing-masing yang berbeda.

“Tidak ada perbedaan nilai kebaikan. Kebaikan hanya memiliki satu aspek penilaian, manfaat bagi diri sendiri dan alam. Peran setiap orang yang bergerak dalam kebaikan dan perdamaian tidak ada bedanya dari segi nilai. Baik di tingkat internasional, maupun di akar rumput. Peradaban ini sungguh berhutang pada mereka yang bergerak bertemu langsung dengan individu-individu lain. sama halnya dengan mereka yang bergerak di ruang internasional,” ungkap bunyai Badriyah Fayumi.

Tujuan ini bisa terwujud dengan kerja kita, secara mandiri atau berjejaring untuk mencapai tujuan kita sekaligus tujuan Islam itu sendiri, peradaban yang berkeadilan. Dan juga tujuan Negara kita Republik Indonesia. Mari bergerakan bersama, sama-sama bergerqk di setiap elemen. Dengan diangkatnya tema “Meneguhkan Peran Ulama Perempuan untuk Peradaban yang Berkeadilan” ini semoga menjadi amal jariyah kita bersama untuk generasi masa depan. (IM)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *