Banyak hal yang menjadi pertimbangan mengapa seorang penceramah bisa memikat jamaah, sehingga mereka memiliki penggemar garis keras atau pemirsa yang setia. Ada yang membawakan ceramah dengan lantang, berat dan mimik wajah yang serius, namun ada juga pendakwah yang ‘santuy’, penuh dengan tawa dan sendau gurau tapi apa yang disampaikan bisa dimengerti jamaah yang menyaksikan.
Kualitas keilmuan dan bagaimana ia menyampaikan menjadi ukuran menariknya apa yang ia sampaikan, sehingga menjadikan suasana majlis yang menyenangkan dan tidak membosankan.
Dengan pertimbangan tersebut, ada sosok penceramah kondang dengan gaya khasnya. Beliau adalah KH. Bahauddin Nursalim. Atau yang lebih akrab di sapa dengan nama Gus Baha. Beliau adalah salah satu ahli tafsir kondang yang dimiliki negeri ini. Pengetahuan tentang Al Quran yang luar biasa membuat ia diberikan kepercayaan untuk menjadi ketua Lajnah Mushaf Lembaga Tafsir Alquran Universitas Islam Indonesia.
Gus Baha merupakan pendakwah yang cerdas dalam pengetahuan ilmu agama ditambah dengan kemampuan komunikasi yang ciamik. Gus Baha mampu menyampaikan gaya ceramah yang menarik dan jenaka. Tak jarang saat ia menyampaikan hadis dan ayat, beliau menyisipkan uraian dengan bahasa yang jenaka, selengekan bahkan kemaki. Gaya beliau yang khas inilah yang memikat para penonton dan membuat pemirsa ketawa.
Dengan tampilannya yang sederhana, kemeja putih, songkok hitam dan sarungan, Gus Baha menjadi role model seorang penceramah atau kiai yang dekat dengan masyarakat. Jika menelusuri beberapa kajian atau tayangan beliau di platform digital, media sosial Youtube misalnya, banyak materi yang disampaikan cenderung menggunakan logika Alquran.
Bagi masyarakat umum, pemaparan yang disampaikan oleh Gus Baha mungkin terlihat cukup kompleks, dan bikin pusing. Tetapi dengan cara Gus Baha menjelaskan dengan cara yang mudah dipahami, pembahasan keilmuan kelas tinggi pun mampu ditangkap oleh masyarakat awam.
Gus Baha menjadi salah satu sosok dambaan masyarakat Muslim Indonesia. Ia menampilkan kesan Islam yang sederhana, rileks dan mudah. Hal itu bisa dilihat dari beberapa ceramah beliau yang diunggah di media sosial. Orang-orang yang menyimak pengajian Gus Baha cenderung santai dan terlihat riang gembira. Pendengar menjadi lebih mudah memahami isi ceramah beliau bahwa Islam yang dianutnya itu mudah dan tidak mempersulit diri.
Tak heran, kerap kali Gus Baha menyampaikan bahwa orang yang beragama itu harus bahagia. Terlihat aneh jika orang yang mengaku memiliki tuhan namun hidupnya penuh dengan emosi dan sering kecewa. Itulah sebabnya di setiap majelis beliau selalu terdengar tawa bahagia dari jamaah yang hadir.
Selain itu, Gus Baha juga mampu menampilkan pandangan dari perspektif tafsir dan ilmu fikih yang unik. Dalam ceramahnya Gus Baha pernah mengatakan bahwa bersikap boros tak selalu menjadi hal yang buruk atau disukai setan. Pada keadaan tertentu, boros bisa menjadi ladang kebaikan, jika diniatkan sebagai upaya untuk memberikan sebagian rejeki kepada orang lain.
Pada ceramahnya yang lain, Gus Baha pernah menjelaskan betapa pentingnya bagi para ustaz atau tokoh masyarakat untuk memperkaya diri. Sebab dengan demikian ia tak perlu lagi mengharapkan amplop pengajian atau uang bisyarah pada saat ceramah.
Hal-hal seperti itulah yang kemudian menjadikan pemirsa bertahan dan setia mendengarkan ilmu yang disampaikan oleh Gus Baha ini. Dengan kalimat yang menjadi khas dari Gus Baha, “Ini penting untuk saya utarakan,” Gus Baha berhasil membius jamaah yang hadir melalui isi dan penyampaian ceramahnya yang berbobot, baik dalam keilmuan atau guyonan.
Karena banyaknya orang yang menyukai ceramah beliau, tidak sedikit yang menjadikan video ceramah beliau sebagai pengantar tidur. Dari durasi 30 menit, tapi sepertinya mata sudah terpejam di menit ke 10.
Nah, jika di media sosialmu dipenuhi dengan informasi dan kajian yang penuh agitasi kebencian dan hoax, besar kemungkinan kamu salah pilih channel. Bukan begitu? Karena kita juga bisa membuat algoritma kesalehan sendiri dengan cara mengklik, menonton, suscribe, penceramah-penceramah kompeten yang membangun dan mencerdaskan bukan malah menebar ketakutan. Setuju?
Leave a Reply