Puluhan content creator, yang terdiri dari redaktur dan kontributor media keislaman terlihat sangat antusias mengikuti rangkaian kegiatan Salam Forum yang digelar pada Sabtu, 01 Mei 2021. Para content creator tersebut terdiri dari beberapa anggota media, seperti Neswa.id, alif.id, bincang syariah, islami.co, komunitas musisi mengaji, arrahim.id, langgar.co, harakah.id, nuansa net, iqra.id, islamsantun.org, nuralwala, aswaja dewata, times.id, buletin nusantara, dan beberapa media keislaman lainnya.
Acara diskusi virtual ini diselenggarakan oleh Wahid Foundation yang bekerja sama dengan Google Indonesia, UNDP, dan Kementrian Agama RI dalam tajuk “Salam Forum: Kompak Menebar Rahmah di Media Sosial”. Acara ini diawali dengan sambutan hangat yang disampaikan oleh Yenny Wahid, Putri Alam, dan H. Yaqut Cholil Qoumas.
Kegiatan ini terdiri dari dua sesi diskusi. Pertama, talkshow yang berlangsung pada pukul 10.15 – 12.00 WIB. Sesi pertama ini diisi oleh beberapa narasumber handal, di antaranya adalah Prof. Nadirsyah Hosen, seorang intelektual muslim, tokoh influencer di media sosial, sekaligus penulis buku. Prof. Nadir menjelaskan bahwa setiap platform di media sosial memiliki karakternya masing-masing. Oleh sebab itu, content creator perlu memahami medan yang akan ia lalui. Ia harus menyampaikan pesan damai dengan mengemas narasi sesuai dengan karakter platform media sosial yang dituju.
Selain itu ada Sakdiyah Maruf yang merupakan influencer kampanye Islam Damai, komika Indonesia, sekaligus aktivis perempuan. Sebagai komika, Sakdiyah Maruf banyak membagi pengalamannya dalam menebar pesan damai melalui humor dan hal-hal receh namun masih tetap mengandung sebuah pesan baik yang ingin ia sampaikan kepada masyarakat atau konsumen media. Nyatanya, peminat konten receh itu banyak, sehingga ia memasuki ruang dakwah melalui komedi. Baginya, komedi adalah kunci.
Narasumber lainnya yaitu Puthut EA yang dikenal sebagai pegiat media sosial sekaligus kepala suku di Mojok.co. Sesuai dengan jargonnya, sedikit nakal banyak akal, Mojok.co didesain menjadi media satire yang membincang isu-isu kekinian atau hal-hal di sekitar kita namun tidak disadari oleh kita sendiri. Pesan mendalam dan reflektif yang dikemas dalam komedi atau narasi satire tersebut sebenarnya bertujuan untuk membangun pluralisme atau pemahaman plural sejak dalam pikiran.
Para narasumber dalam sesi talkshow tersebut membagikan pengalamannya selama menjadi aktivis penebar narasi Islam ramah di media sosial. Selain itu, ketiga narasumber tersebut memberikan ilmunya dalam strategi membaca selera pasar atau sasaran market, serta sharing cara mereka masing-masing dalam mengemas dakwah dalam ide-ide kreatif yang mereka miliki.
Sesi kedua yakni ruang berbagi gagasan yang dibagi dalam tiga ruang. Setiap ruang diskusi memiliki fasilitator masing-masing yang mengawal jalannya diskusi. Ruang diskusi yang berlangsung sejak pukul 13.15 hingga 15.15 WIB ini dikhususkan bagi kalangan milenial, pegiat, serta pendukung kampanye Islam damai untuk mendiskusikan ide-ide kreatif dalam membangun narasi Islam Rahmatan lil ‘Alamin di media sosial.
Ruang diskusi satu dikawal oleh Lia Hilyatul Masrifah, presenter TV 9 Nusantara yang juga merupakan aktivis perempuan. Lia dan kawan-kawan yang tergabung dalam ruang diskusi satu ini membincang strategi kampanye digital yang efektif bagi kalangan milenial, khususnya perempuan untuk menghalau narasi kekerasan dan ekstrimisme di media sosial.
Ruang diskusi dua dimotori oleh Iqbal Aji Daryono, seorang kolumnis, penulis, serta pemerhati isu-isu sosial dan agama. Dalam ruang diskusi dua ini, para konten kreator yang dipandu Iqbal membincang terkait konten keagamaan yang efektif dalam mengemas narasi kebangsaan sebagai bagian dari ajaran agama Islam.
Ruang diskusi tiga dipandu oleh Kalis Mardiasih yang merupakan penulis, pegiat media, sekaligus aktivis perempuan. Kalis memandu para peserta yang berada di ruang diskusi tiga untuk membahas strategi konten yang menyajikan literasi agama Islam yang kritis dan kontekstual di media sosial.
Ketiga topik diskusi yang dibahas oleh para konten kreator tersebut tentu saja memiliki tujuan dan misi tertentu. Hasil diskusi tersebut bertujuan untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi dalam upaya membangun kampanye perdamaian berbasis digital untuk kalangan content creator muslim, pemerintah, serta organisasi masyarakat sipil.
Selain itu, hasil dari ruang berbagi gagasan ini diupayakan untuk memperkaya konten-konten Islam ramah agar generasi milenial tidak hanya mengkonsumsi konten Islam marah yang banyak bertebaran di media sosial. Konter narasi ekstrimisis perlu dibendung agar para milenials tidak terbawa serta terhanyut dalam narasi kekerasan yang mengatasnamakan agama.
Kegiatan virtual ini ditutup oleh dua panelis, yakni Usama Duo Harbatah yang merupakan content creator dan Eggie Fauzi, founder Komunitas Musisi Mengaji. Keduanya merespon gagasan-gagasan yang disampaikan oleh fasilitator dalam ruang berbagi gagasan sekaligus menjelaskan terkait reinterpretasi isu-isu aktual.
#SalamForum2021
#KompakMenebarRahmah
Leave a Reply