, ,

Cinta Zulaikha Terhadap Nabi Yusuf

/
/


Kisah tentang Nabi Yusuf selalu menarik untuk diceritakan, bahkan Allah menyebutnya sebagai kisah terindah (Surat Yusuf ayat 3). Satu di antara bagian yang cukup menarik dari kisah Nabi Yusuf adalah kisah cintanya dengan Zulaikha, seorang putri yang sangat cantik dari raja dari negeri Maghribi yang bernama Tamus. Kisah cinta selalu menarik, sebab kehidupan di dunia memang bersumber dari cinta. Lalu, sejak kapan Zulaikha jatuh cinta kepada Nabi Yusuf? Apakah sejak pandangan pertama benih-benih cinta itu muncul?

Berdasarkan sumber yang telah diperoleh (dari kitab Yusuf Zulaikha karya Hakim Nuruddin Abdurrahman Jami), disebutkan bahwa ternyata Zulaikha telah jatuh cinta kepada Nabi Yusuf jauh sebelum bertemu dengan Nabi Yusuf. Bagaimana bisa rasa cinta tumbuh tanpa pernah bertemu? Berikut kisah lengkapnya.

Zulaikha adalah bintang paling cemerlang dan permata paling mengkilap yang dimiliki negeri Maghribi. Segala hal yang melekat pada dirinya adalah ungkapan tentang keindahan. Hatinya tak pernah dibiarkan merasakan kesusahan dan kesedihan. Ia menjalani kehidupan dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan. Namun, sesuatu yang terjadi pada sebuah malam yang manis telah mengubah segalanya. Zulaikha tertidur dengan sangat pulas. Dua matanya terpejam dengan sempurna, tetapi mata hatinya justru terbuka dengan bijaksana. Dengan mata hatinya, ia melihat sosok pemuda gagah dengan jiwa murni bersinar kemilauan. Ia adalah pemuda paling sempurna yang pernah Zulaikha lihat.

Setelah penampakan pemuda istimewa itu, ada banya hal yang telah berubah pada diri Zulaikha. Bayangan pemuda dengan rupa indah tiada tara telah membuatnya tenggelam dalam lautan cinta. Ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan sepenuh hatinya, meskipun ia belum pernah tahu siapa sosok pemuda sempurna itu. Kini, Zulaikha menjalani hari-harinya dengan hati gundah karena rasa cinta yang penuh rahasia. Ia mencintai, tetapi belum pernah mengenali. Kini, tujuan hidupnya adalah mencari dan bertemu dengan sang kekasih yang dicintainya itu. Kini, setiap malam Zulaikha meratapi kegelisahannya dengan kalimat-kalimat pilu untuk mengetahui identitas kekasihnya. Setiap malam ia menyebut sosok tanpa nama itu. Tanpa lelah dan tanpa bosan.

Zulaikha semakin hari semakin diliputi dengan awan kesedihan. Pipinya tak lagi merah merona seperti dulu karena jarang tidur dan enggan melirik makanan sedikit pun. Para emban juga telah mulai memahami bahwa tuan putrinya telah mengalami gejala-gejala aneh. Suatu hari, Zulaikha dilayani oleh seorang pengasuh yang sangat memahami urusan cinta. Ia pandai memasuki relung-relung hati Zulaikha yang paling dalam, hingga membuat Zulaikha merasa nyaman menyingkap segala tabir rahasia yang menutupi hatinya. Zulaikha menjelaskan segala hal yang mengusiknya setiap malam dengan berurai air mata yang dibalas dengan jawaban tak seimbang oleh sang pengasuh dengan kalimat, “Mimpi yang menimpa tuan putri adalah mimpi yang bersumber dari kelicikan setan jahat. Mereka mengirimkan mimpi-mimpi indah kepada manusia untuk membuat manusia gila”.

Zulaikha mengelak, “Tapi bagaimana setan bisa menciptakan sosok yang sangat tampan? Bukankah Tuhan tidak akan mengizinkan makhluk jahat menciptakan malaikat?”.

Sang pengasung menjawab, “Itu hanya mimpi kosong, tuan putri. Jangan membuat tuan putri gelisah!”.

Zulaikha kembali mengelak, “Tapi bagaimana mungkin mimpiku tak bermakna jika aku melihatnya secara nyata?”. Sang pengasuh melihat daya cinta tak tergoyahkan pada diri Zulaikha. Oleh sebab itu, ia segera melaporkan kepada ayah Zulaikha atas hal yang telah dialami putrinya.

Setahun telah berlalu dan Zulaikha masih dirundung awan kelabu. Sosok pemuda rupawan tak pernah lagi muncul dalam mimpinya. Zulaikha meratapi kesedihannya semalam penuh, hingga rasa lelah membuatnya tertidur pulas. Saat itulah, sosok pemuda itu kembali hadir dalam mimpinya. Kesempatan itu benar-benar tak disia-siakan oleh Zulaikha. Ia mengungkapkan kegelisahannya dan bertanya tentang identitas dari sosok pemuda rupawan tersebut.

Sang pemuda menjawab, “Aku dari keturunan (Nabi) Adam. Jika kau memang tulus mencintaiku, maka tetaplah melajang demi aku. Jika kau merasa tersiksa karena cintamu, ketahuilah penderitaanku juga tidak lebih ringan darimu”.

Ketika sang surya telah muncul, Zulaikha juga ikut tersadar dari mimpinya. Mimpi itu telah membuat Zulaikha semakin gelisah seratus kali lipat. Setiap kali ia mengingat wajah rupawan itu, ia menancapkan kuku-kuku jemarinya ke wajahnya sendiri dan menjambak rambutnya sendiri. Hal ini membuat sang ayah sedih dan memutuskan memasang rantai besi di kaki putrinya untuk menjaganya dari kegilaan yang datang tiba-tiba.

Wallahu A’lam.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *