Category: Fiksi
  • Biarkan Ibu Mengantarmu ke Surga, Nak!

    Biarkan Ibu Mengantarmu ke Surga, Nak!

    /
    /

    I/ Neswa.id-Nisa terbujur kaku di samping Rahma. Mulut bocah sembilan tahun itu tersumbat kerudung sementara lehernya ungu kebiruan meninggalkan bekas cekikan. Di tepi ranjang, Gara, anak bungsu Rahma tidur pulas. Perempuan muda itu ingin beranjak ke sisi kiri, namun kakinya seakan terikat kaki ranjang. Akhirnya, ia memilih menatap jendela tua di depannya yang seakan ikut…

    Selengkapnya »

  • Tsaurah Ghadhab

    Tsaurah Ghadhab

    /
    /

    11 Februari 2011 ** “ Tsaurah Ghadlab !! “ Revolusi Kemarahan !! .. Riuh gemuruh suara ribuan demonstran memadati sepanjang jalan menuju Tahrir Square. Alun-alun Tahrir yang menjadi simbol perlawanan terhadap rezim Mubarak tak ubahnya seperti lautan manusia selama delapan belas hari berturut-turut. Gas air mata, kobaran api, suara senjata dan pekikan pekikan demonstran menjadi…

    Selengkapnya »

  • Kuncup Mawar Merah

    Kuncup Mawar Merah

    /
    /

    Matahari menyongsong pagi Tanda kami harus menutup kuncup, tapi apakah harus menutup kuncup? Tak bisakah kita tetap membuka kuncup sesuka hati? Sang lebah terlihat bolak-balik menunggu sang kuncup Tak peduli bagaimana perasaan kuncup berusaha menjaga sarinya Karena kuncup tak ingin kembali sakit karena sang lebah sang lebah yang hanya menginginkan sari, bukan kuncup Air mata…

    Selengkapnya »

  • Luka yang Tersembunyi

    Luka yang Tersembunyi

    /
    /

    . gadis kecil punya memori dekil laki-laki dewasa memelukkan wajah di kemaluannya suatu ketika di mana tempatnya masih lekat di ingatannya juga siapa dan bagaimana . sialnya setiap dia memejam coba mengingat apa yang terjadi sebelumnya yang ia temui hanya ruang kosong dan gelap ia putuskan mengisi ruangan itu dengan cerita baru yang ia karang…

    Selengkapnya »

  • CERITA LALU (tak) BAIK-BAIK

    CERITA LALU (tak) BAIK-BAIK

    /
    /

    Malam itu tak biasanya aku sulit terlelap. Bawaan bayi mungkin, karena akhir-akhir ini tubuhku makin terasa tak nyaman. Perutku terus menggelembung, namun bagian tubuh lainnya tidak. Bila dipandang dari belakang maupun wajah, aku tetap Fey yang dikenal orang-orang. Dari balik tirai jendela kulihat bulan tak tampak karena mendung begitu pekat. Kulihat jam dinding. Pukul 22.15.…

    Selengkapnya »

  • Siasat Semesta

    Siasat Semesta

    /
    /

    “Gaes, waktuku tinggal sebentar. Kalau aku udah nggak kuat, nggak apa-apa ya kalau aku menyerah. Aku titip Alya dan anak-anak”. Sebuah pesan sekilas muncul di fitur lock screen ponselku. Apa lagi ini? Nggak usah bercanda deh, Ben. Ini nggak lucu, beneran nggak lucu. Rutukku dalam hati. Mataku kembali menelusuri laman jadwal beberapa listing AirBnB yang…

    Selengkapnya »

  • Ibu Seorang Pembunuh

    Ibu Seorang Pembunuh

    /
    /

      Seorang perempuan tua bersimpuh di atas lantai. Tubuhnya menolak ketika petugas hendak memapahnya menuju kursi saksi. Ia bersikukuh meminta hakim menghentikan sidang. Randu Agung yang duduk di sebelah kanan—di samping pengacara yang disediakan negara untuk rakyat miskin—tersenyum kecut. “Sebagai ibu dari terdakwa sekaligus saksi dalam sebuah peristiwa, bisakah Ibu menceritakan seluruh kejadian dengan sebenar-benarnya…

    Selengkapnya »

  • Kehendak Cinta

    Kehendak Cinta

    /
    /

    Ini malam terakhir kamu di kotaku, makan malam ini seharusnya kita habiskan dengan cara-cara membahagiakan. Bukan untuk memperdebatkan hal yang sama tanpa ada ujungnya. “Ibu”, aku menatapmu. Mata kita bertemu. “Mama masih punya Papa dan kedua adikmu. Sedangkan ibuku?” Kamu tahu betul bagaimana perasaanku setiap kali menyebut nama .bu dalam perbincangan kita. *** Di rumah,…

    Selengkapnya »

  • Lidah Ibu

    Lidah Ibu

    /
    /

    Cerpen: Artie Ahmad   Di dapur rumah, pagi belum benar-benar datang ketika ibu akan tenggelam di balik rutinitas menanak nasi dan sibuk meracik sayur mayur. Lengking jerit teko berisi air mendidih akan meningkahi bunyi pisau yang beradu dengan talenan. Lalu bunyi kucuran air akan membuat semerbak aroma kopi, menguar menjalar masuk ke kamar tidurku yang…

    Selengkapnya »

  • Vespa PX Mbah Baweh

    Vespa PX Mbah Baweh

    /
    /

     Cerpen Khilma Anis Setiap kali bersitegang dengan suamiku, segera kugendong anakku dan menaiki motor menuju pantai Parangkusumo. Aku lahir dan besar di Rembang. Menikah dengan laki-laki orang asli Bantul sementara aku tidak punya sanak keluarga di sini, jadilah seluruh kegalauan kutumpahkan di pantai ini. Hangat pasir, biru air laut, saujana terbentang samudera, dan debur ombaknya…

    Selengkapnya »