Anjuran Puasa Sunah Syawal
Takbir yang berkumandang di malam Idulfitri merupakan pertanda berakhirnya bulan Ramadhan. Dengan demikian, berakhir pula “kewajiban berpuasa” selama 30 hari. Namun, hal tersebut bukan berarti segala perkara ibadah dan kegiatan positif yang biasa dilakukan di bulan Ramadhan menjadi usai juga.
Alangkah baiknya apabila segala hal positif selama Ramadhan tetap dipertahankan pada bulan-bulan berikutnya. Akan lebih baik pula apabila seorang Muslim menganggap bahwa seluruh harinya adalah bulan Ramadhan. Oleh sebab itu, setelah tanggal 1 Syawal yang merupakan hari kemenangan (Idulfitri), ada anjuran untuk kembali melanjutkan puasa sunah Syawal selama 6 hari, terhitung sejak tanggal 2 Syawal.
Dalam Kitab Maqashid ash-Shaum karya Syekh Izuddin bin Abdissalam dijelaskan bahwa barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian melanjutkan dengan puasa selama 6 hari di bulan Syawal, maka sama dengan puasa satu tahun, karena satu kebaikan (puasa per hari) dilipatgandakan menjadi 10. Puasa Ramadhan sama seperti puasa 10 bulan, dan puasa 6 hari di bulan Syawal sama dengan puasa 2 bulan, maka total 12 bulan atau satu tahun.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعُهُ بِسِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan (berpuasa) 6 hari dari Syawal, maka (pahalanya) seperti berpuasa setahun” (HR. Muslim).
Menggabungkan Puasa Syawal dan Puasa Qadha Ramadhan
Orang yang berpuasa selama 6 hari di Syawal setelah berpuasa di bulan Ramadhan, maka pahalanya sama dengan orang yang berpuasa selama satu tahun penuh. Oleh sebab itu, puasa sunah Syawal sangat dianjurkan bagi muslim.
Namun apabila ada sebagian orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan karena berbagai uzur, maka anjuran yang utama adalah ‘mengganti hutang puasa (qada‘) Ramadhan terlebih dahulu sebelum melaksanakan puasa sunah Syawal’.
Pada bulan Syawal, sering dijumpai sebagian orang Islam melakukan puasa qadha Ramadhan yang pelaksanaannya digabung dengan puasa sunnah Syawal. Apakah menggabungkan puasa wajib (qada) dan puasa sunah yang demikian diperbolehkan?
Sayyid Abdurrahman dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin menjelaskan bahwa Imam Ibnu Hajar menegaskan bahwa keduanya sah dan mendapatkan pahala jika puasa sunahnya diniati juga seperti puasa sunnah Arafah dan Asyura.
Imam ar-Ramli mengatakan bahwa semua puasa sunah yang digabungkan dengan qadha puasa Ramadhan, maka akan tetap mendapatkan pahala. Oleh sebab itu, menggabungkan puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunah Syawal hukumnya sah dan tetap mendapatkan pahala.
Namun yang diniati awal bukanlah niat puasa sunah Syawal, melainkan adalah niat meng-qadha puasa Ramadhan.
Imam Syamsuddin Ar-Ramli dalam Kitab Nihayatul Muhtaj Juz III menjelaskan:
وَكَثِيرِينَ أَنَّ مَنْ لَمْ يَصُمْ رَمَضَانَ لِعُذْرٍ أَوْ سَفَرٍ أَوْ صِبًا أَوْ جُنُونٍ أَوْ كُفْرٍ لَا يُسَنُّ لَهُ صَوْمُ سِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ . قَالَ أَبُو زُرْعَةَ : وَلَيْسَ كَذَلِكَ : أَيْ بَلْ يُحَصِّلُ أَصْلَ سُنَّةِ الصَّوْمِ وَإِنْ لَمْ يُحَصِّلْ الثَّوَابَ الْمَذْكُورَ لِتَرَتُّبِهِ فِي الْخَبَرِ عَلَى صِيَامِ رَمَضَانَ . وَإِنْ أَفْطَرَ رَمَضَانَ تَعَدِّيًا حَرُمَ عَلَيْهِ صَوْمُهَا. وَقَضِيَّةُ قَوْلِ الْمَحَامِلِيِّ تَبَعًا لِشَيْخِهِ الْجُرْجَانِيِّ ( يُكْرَهُ لِمَنْ عَلَيْهِ قَضَاءُ رَمَضَانَ أَنْ يَتَطَوَّعَ بِالصَّوْمِ كَرَاهَةُ صَوْمِهَا لِمَنْ أَفْطَرَهُ بِعُذْرٍ
“Banyak ulama menyebutkan bahwa orang yang tidak berpuasa Ramadhan karena uzur, perjalanan, masih anak-anak, masih kufur, maka tidak dianjurkan puasa sunah 6 hari di bulan Syawal. Abu Zur‘ah berkata: tidak begitu. Ia tetap mendapatkan pahala puasa sunah Syawal walaupun tidak mendapatkan pahala sebagaimana yang dimaksud dalam hadis’. Tetapi jika ia ‘sengaja tidak berpuasa di bulan Ramadhan tanpa uzur’, maka ‘haram’ baginya berpuasa sunah. Masalah yang disebutkan Al-Mahamili mengikuti pandangan gurunya, Al-Jurjani. (Orang yang berhutang puasa Ramadhan makruh berpuasa sunah, kemakruhan puasa sunah [berlaku] bagi mereka yang tidak puasa Ramadhan karena uzur)”.
وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Dalam Kitab Maqashid ash-Shaum,وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ maksudnya adalahAllah Swt. menguji orang-orang yang ahli puasa dan Allah telah mempersiapkan ampunan bagi orang yang ahli puasa dan dipersiapkan pahala yang besar, yakni surga.
“Tidaklah seorang hamba yang puasa di jalan Allah Swt., kecuali Allah Swt. akan menjauhkannya dari api neraka sejauh 70 tahun sebab ia melakukan puasa”.
Dalam Kitab Mughnil Muhtaj karya Imam Al-Khatib As-Syarbini,
ولو صام في شوال قضاء أو نذرا أو غير ذلك ، هل تحصل له السنة أو لا ؟ لم أر من ذكره ، والظاهر الحصول. لكن لا يحصل له هذا الثواب المذكور خصوصا من فاته رمضان وصام عنه شوالا ؛ لأنه لم يصدق عليه المعنى المتقدم
“Jika seseorang meng-qadha puasa, puasa nadzar, atau berpuasa lain di bulan Syawal, apakah mendapat keutamaan sunah puasa Syawal atau tidak? Saya tidak melihat seorang ulama berpendapat demikian, tetapi secara zahir, dapat. Namun ia tidak mendapat pahala (pahala satu tahun) yang dimaksud dalam hadis, khususnya orang yang lalai puasa Ramadhan dan meng-qadhanya di bulan Syawal karena puasanya tidak memenuhi kriteria yang dimaksud”.
Jadi, anjuran yang utama adalah mengganti hutang puasa Ramadhan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan puasa sunah Syawal. Apabila ingin menggabungkan puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunah Syawal, maka diperbolehkan dengan syarat niat yang dilafalkan adalah niat qadha puasa Ramadhan. Hal tersebut berlaku bagi orang yang memiliki hutang puasa sebab ada uzur tertentu.
Adapun orang yang sengaja tidak melaksanakan puasa Ramadhan sama sekali tanpa sebab uzur apapun, maka hukumnya haram melaksanakan puasa sunah Syawal.
Leave a Reply