,

Belajar dari Marie Kondo: Memaknai Fitrah Manusia

/
/

marie kondo

Neswa.id-Saya termasuk orang yang mengidolakan Marie Kondo. Belakangan ketika kabar bahwa dia kewalahan beberes rumah karena memiliki anak, banyak orang mengucap kelegaan. Tak sedikit juga yang bilang dia omdo (omong doang). Tapi bagi saya tidak begitu.

Berbenah adalah Kebahagiaan

Sebagai orang yang menyukai kerapihan, berbenah bukanlah beban atau paksaan terhadap diri. Ketika tidak mampu, kita seperti hanya omong doang. Bagi saya, berbenah adalah cara saya mencapai kebahagiaan. Saya suka beberes, karena setelahnya rumah akan rapi. Dan saya menyukai melihat rumah yang rapi. Saya bisa menatap ruangan untuk waktu yang lama dan tersenyum berkali-kali.

Saya bahagia hanya dengan melihat ruangan rapi. Dan ini saya rasakan sejak kecil. Saya terbiasa membereskan rumah, kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur, membereskan sandal dan sepatu yang berserakan. Saya bahkan membereskan buku-buku di meja belajar kakak saya sejak saya SD. Alasannya apa? Saya senang saja jika melihat tempat itu rapi.

Konmarie Method

Konsep Marie Kondo sebenarnya sedikit banyak sudah saya terapkan sejak dahulu. Misalnya mengkategorikan barang-barang dan dimasukkan dalam kotak-kotak. Sejak dahulu saya sudah melakukan ini, hanya saja dulu belum ada kotak organizer untuk menyimpan dan mengkategorikan barang.

Saya menggunakan kotak bekas sepatu, kardus, dan kotak apa pun yang bisa digunakan untuk menyimpan. Dahulu saya berharap ada kotak-kotak lucu untuk menyimpan sehingga ruangan terlihat indah dan rapi. Dan ternyata barang-barang itu ada setelah konsep Marie Kondo terkenal.

Hal yang baru bagi saya adalah tentang decluttering atau mengeluarkan barang yang tidak terpakai. Kebiasaan kita semua sejak dahulu, merasa sayang untuk membuang sesuatu padahal tidak dipakai. Hal ini saya pelajari baik-baik hingga akhirnya saya berhasil mengeluarkan semua barang yang ada di rumah.

Ada yang saya sumbangkan, jual, dan rongsok. Setelah itu rumah jadi sangat rapi dan menyenangkan. Meski demikian, PR saya belum selesai. Masih banyak barang yang menumpuk puluhan tahun, perlu meyakinkan anggota keluarga untuk mengihklaskan barang-barang tak terpakai itu.

Jadi, jika saya beberes dan menyukai metode Konmarie, semata-mata bukan karena dipaksa trend, tapi karena saya merasakan kebahagiaan. Dan saya yakin itu pula yang dirasakan Marie Kondo ketika mengajarkan berbenah. Ia tidak berharap apa pun dari kegiatannya beberes, ia hanya ingin menginspirasi orang lain karena ia merasakan kebahagiaan. Ia ingin berbagai kebahagiaan yang ia rasakan ketika rumah rapi.

Perbedaan Kepribadian

Meski saya merasakan kecocokan dengan Marie Kondo, tentu hal ini tidak selalu cocok dengan orang-orang yang terbiasa dengan rumah berantakan. Ya, ada orang yang tidak terganggu dengan kondisi itu. Sebaliknya, saya sungguh terganggu hingga kadang pekerjaan terhambat karena mood buruk akibat ruangan yang berantakan. Saya juga bisa tidur nyenyak jika ruangan rapi dan merasa tenang , nyaman jika tidur, bekerja di ruangan yang rapi.

Kebahagiaan saya bertambah jika saya terbangun dalam kamar yang rapi. Namun, ketika kegiatan sangat padat yang membuat saya sering pergi ke luar kota, saya pun tidak terlalu sempat membereskan rumah. Biasanya akan saya bayar lunas ketika akhir pekan, saya akan membersihkan seluruh rumah dengan totalitas.

Fitrah Manusia

Kebiasaan berbenah saya ini menurun dari ibu. Ibu sangat rajin bebersih dan berbenah, sehari ngepel rumah sampai dua kali. Seingat saya, tidak pernah saya melihat rumah berantakan, padahal kami 5 bersaudara. Dan semuanya masih kecil, jarak 1-2 tahun. Ibu selalu memastikan rumah sangat rapi sambil ngurus bayi, masak, dan berjualan. Kadang saya heran, bagaimana ia bisa melakukan itu semua?

Ibu sangat perfeksionis, bahkan ketika sakit, ia masih mengerjakan semua pekerjaan rumah. Sampai akhirnya ibu meninggal di usia 35 tahun, saat saya kelas 1 SD. Saya rasa ibu memang sangat kelelahan, hampir setiap tahun ada bayi, rumah selalu beres dan rapi, masakan rumah selalu tersedia, dan masih berjualan tiap hari.

Selain banyak faktor penyebabnya, saya pikir kelelahan merupakan faktor penting. Hal itu yang membuat saya tidak perfeksionis seperti Ibu. Sejak kecil saya sudah sering sakit-sakitan, opname di rumah sakit adalah kebiasaan saya, sampai-sampai tidak pernah takut dengan jarum suntik, karena terlalu sering.

Pengalaman memiliki penyakit itu saya benar-benar mengurangi segala ekspektasi. Mungkin saya ingin berbenah, namun jika badan tidak sanggup saya memilih diam. Meski terkadang emosi menjadi kurang stabil karena tidak betah dengan kondisi rumah.

Ketika punya anak, saya benar-benar kompromi dengan kondisi rumah. Ditambah suami bukan tipe orang rapi. Meski belakangan ia mau berbenah ketika rumah sangat berantakan. Namun sehari-hari, sebenarnya dia dan si kecil lah pelaku pemberantak rumah.

Pada akhirnya, saya harus mengalah ditambah kondisi fisik yang sering tidak memungkinkan. Saya memilih beberes seminggu sekali, atau 4 hari sekali. Dan dengan adanya anak, 4 hari itu sudah sangat berantakan. Namun saya pasrah saja, yang penting saya bisa masak, memberikan nutrisi yang cukup, serta menemaninya bermain.

Bagi saya, Marie Kondo bukan omdo atau menyerah. Ia hanya menerima fitrah manusia. Bahwa manusia boleh lelah, boleh membiarakan rumah berantakan, dan boleh menghabiskan waktu bersama anak.

Saya yakin ia pun tidak nyaman dengan kondisi rumah berantakan, sebagaimana yang saya rasakan. Karena rapinya ruangan memberikan kebahagiaan bagi saya. Namun ia hanya mengambil jeda. Sampai semuanya bisa berada di bawah kontrolnya lagi.

Sebagaimana saya yang akhirnya memberi jeda pada diri. Membiarkan rumah berantakan sesekali untuk memberi waktu pada diri. Bahkan sudah memberi jeda pun, masih tetap sakit-sakitan. Jadi tidak ada salahnya mengikuti fitrah manusia. Manusia yang memiliki badan dan kapasitas yang terbatas. Manusia yang bisa sakit karena aktivitas berlebihan. Yang jelas, berbenah adalah salah satu cara menciptakan kebahagiaan. Dan tidak perlu dilakukan dengan paksaan. (IM)


Mahdiya Azzahra Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *