Neswa.id- Dr. Ahmad suaedy M.A.Hum, dosen sekaligus pegiat budaya, mendorong agama lebih berperan aktif pada Area Publik. Pernyataan tersebut disampaikan pada kelas paralel tema “Membayangkan Masyarakat Masa Depan Sudut Padang budaya” di Muktamar Pemikiran NU yang digelar 1-3 Desember di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur.
“Kita mendorong agar agama berperan lebih aktif pada area publik,” jelas Suaedy pada forum itu.
Peneliti Senior Abdurrahman Wahid Centre-Universitas Indonesia (AWC-UI) ini memaparkan bahwa faktor yang terpenting adalah media pada abad ini. Seperti abad 16 dengan ditemukannya mesin cetak dan mesin uap, teknologi dan informasi seperti abad peralihan. Dunia digital sangat berbeda dengan dunia nyata.
Ia juga menegaskan bahwa, dalam menghadapi dunia digital, masyarakat NU belum menyentuh paradigma digital itu sendiri. Hal ini dicontohkannya dengan adanya tahlilan digital yang belum dibiasakan oleh masyarakat NU. Padahal, kebiasaan itu sudah dilakukan oleh PCINU (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama) Jepang.
Tantangan lainnya adalah terdapat pada budadaya keagamaan yang berkembang di masyarakat.
“NU didirikan ketika Wahabi, mau menghancurkan warisan dari dalam Islam, kemudian terjadi respon dengan membangun organisasi, “tambahnya.
Ketika ada tuntutan ideologi Islam dengan Pancasila. Hanya era Soeharto yang bisa menghentikannya. Tetapi, di abad 21, tuntutan dengan diterapkannya ideologi Islam, cukup direspon dengan sipil Islam. Pemimpin cukup diperangi sipil Islam.
Ia juga mengajak semua masyarakat untuk menerapakan kritisisme di dalam agama. Revitalisasi teologi pembebasan dalam konteks saat ini perlu dilakukan karena musuhnya bukan kapitalisme masa lalu namun kapitalisme masa kini. (IM)
Leave a Reply